Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, booth tersebut tampak cukup rampai didatangi para pengunjung. Booth ini menampilkan latar belakang penampakan hutan lengkap dengan pohon sawit di tengahnya.
Melalui booth itu Musim Mas menampilkan sejumlah upaya perusahaan dalam mengedepankan prinsip berkelanjutan dan pemeliharaan lingkungan yang sudah dijalankan hingga saat ini. Di booth ini juga terlihat ada sejumlah infografis capaian perusahaan yang tertempel di dinding both ataupun melalui X-banner.
Bahkan saat detikcom berusaha untuk mengunjungi booth tersebut, terlihat Indonesia Communications Lead Musim Mas, Reza Rinaldi Mardja, selaku PIC booth sedang berbincang-bincang dengan pengunjung yang ingin tahu lebih jauh terkait perusahaan dan upaya menjaga lingkungan yang mereka lakukan.
"Musim Mas adalah salah satu perusahaan kelapa sawit terintegrasi yang terbesar di dunia. Kita hadir di 13 negara, tapi main operasional kita memang di Indonesia, kita ada di Sumatra dan Kalimantan. Nah di booth kali ini kita ingin share apa yang sudah kita lakukan terutama dalam hal konservasi," kata Reza saat dikunjungi detikcom, Kamis (8/8/2024).
Ia menjelaskan sejauh ini perusahaan sudah melaksanakan berbagai upaya untuk menjaga lingkungan mulai dari mengelola area konservasi di Sumatra dan Kalimantan dengan total seluas 29.189 ha. Kemudian Musim Mas juga bekerja sama dengan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau guna mendukung langkah konservasi perusahaan.
"Jadi kita melakukan berbagai upaya konservasi seperti High Convercation Value. Jadi kita jaga area konservasi, di Sumatra area konservasi yang sudah kita kelola itu 3.540 ha, kemudian untuk Kalimantan 25.649 ha. Jadi totalnya 29.189 ha, ini yang kita kelola," ucapnya.
"Jadi di dalam konsensi kita, kita menjaga kealamiannya, menjaga bio diversity-nya. Terus kemudian sebagai salah satu upaya kita juga untuk mendukung konservasi kita kerjasama dengan Taman Nasional Tesso Nilo," tambah Reza.
Tidak berhenti di sana, Reza menjelaskan Musim Mas juga memanfaatkan limbah hasil produksi sawit perusahaan menjadi sumber energi listrik terbarukan. Listrik ini kemudian dimanfaatkan perusahaan untuk operasional hingga kebutuhan energi para pekerja.
"Kemudian kita juga punya upaya untuk pengurangan emisi gas rumah kaca salah satunya dengan membangun metan capture. Karena di industri pabrik kita itu menghasilkan limbah salah satunya limbah cair yang menghasilkan gas metan," papar Reza.
"Gas metan ini cukup berbahaya kalau dilepaskan ke udara, tapi kita mengelolanya dengan menangkap gas metan itu dengan namanya metan capture yang akan dikelola dan dikonversi lagi menjadi listrik. Jadi listrik tersebut digunakan untuk operasional kita serta rumah-rumah pegawai yang ada di area operasional tersebut. Jadi energi terbarukan, jadi yang tadinya limbah gas metan dikonversikan jadi listrik," jelasnya lagi.
Sebagai informasi, Musim Mas merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit terintegrasi terbesar di dunia. Perusahaan ini bergerak mulai dari perkebunan, pabrik, kilang, pabrik penghancur inti sawit, oleokimia, dan pabrik lemak khusus.
Dari sana perusahaan memproduksi minyak kelapa sawit dan turunannya yang bernilai tambah sebelum mengekspornya ke pelanggan melalui armada kapal tangki dan tongkang yang luas. Berkat itu juga Musim Mas menjadi salah satu eksportir terbesar di Indonesia. (fdl/fdl)