Pada 2025, timbulan sampah plastik di Indonesia diproyeksikan bisa mencapai 9,9 juta ton dan akan semakin meningkat setiap harinya. Meski jumlahnya kian meningkat, data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK pada tahun 2023 justru mencatat sekitar 37.8% atau 14,608,246.42 (ton/tahun) sampah masih tidak terkelola.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingginya volume sampah di antaranya pola konsumsi berlebihan hingga kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai. Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan konsumsi yang meningkat, tentunya volume sampah yang dihasilkan juga semakin melonjak. Akan menjadi mengkhawatirkan jika sampah-sampah ini tidak dikelola dengan baik.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengelola tumpukan sampah ialah mengubahnya dengan memanfaatkan peluang ekonomi sirkular. Selain bisa mengatasi masalah lingkungan, cara ini pun membuka peluang bagi banyak pihak untuk meraih untung dari sampah yang sebelumnya tak terpakai.
Ekonomi sirkular digadang-gadang mampu memberikan dampak ganda, tidak hanya memperbaiki kualitas lingkungan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dikutip dari laman KLHK, ekonomi sirkular adalah sebuah sistem atau model ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.
Adapun aksi nyata pengelolaan sampah kini semakin krusial seiring dengan pengesahan RUU Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan peluncuran Peta Jalan Ekonomi Sirkular 2025-2045. Fokus utamanya terletak pada penerapan prinsip 9R, termasuk repurpose dan recycle, demi menciptakan ekosistem bisnis yang lebih berkelanjutan.
Pengelolaan sampah ini bisa dilakukan oleh perusahaan dan para pelaku bisnis, bahkan ikut mendukung membangun reputasi korporasi yang baik. Apalagi kini kesadaran publik akan keberlanjutan lingkungan semakin meningkat.
Berdasarkan studi terbaru dari PWC, konsumen global tetap bersedia membayar 9,7% lebih mahal untuk produk-produk berkelanjutan meski ada kekhawatiran terkait inflasi dan biaya hidup yang tinggi. Faktanya, 85% dari responden pun mengaku telah merasakan dampak nyata perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka terdorong untuk memilih produk ramah lingkungan.
Untuk itu, perusahaan dapat berperan aktif dalam mengatasi masalah sampah. Perusahaan pun mesti lirik peluang dan mulai mengintegrasikan pengelolaan sampah secara lebih holistik, salah satunya bekerja sama dengan ecopreneurs guna memastikan siklus hidup produk mereka dikelola secara bertanggung jawab.
Blibli Libatkan Karyawan, Pelanggan dan Mitra Rantai Pasok untuk Dukung Ekonomi Sirkular
![]() |
Berkomitmen mendukung ekonomi sirkular, Blibli menggali potensi daur ulang demi memastikan rantai pasok yang berkelanjutan. Hasilnya, para pelanggan Blibli kini bisa membeli berbagai produk ramah lingkungan (eco-friendly) di Eco Hub Blibli Tiket Action- program keberlanjutan dari ekosistem Blibli Tiket.
Tak hanya itu, Blibli juga mengedepankan penggunaan kemasan bersertifikasi FSC (Forest Stewardship Council), hingga program Tukar Tambah produk elektronik bekas dan mati yang membantu mengurangi e-waste. Berbagai inovasi terus dihadirkan inovasi dalam pengelolaan limbah, termasuk dengan menggandeng Eco-Touch untuk repurpose limbah fesyen menjadi insulator dan kain daur ulang.
Di sisi lain, salah satu mitra strategis Blibli, Polytron juga dilakukan dengan membangun fasilitas daur ulang baterai dan memperkenalkan motor listrik berbasis sewa baterai. Ada juga, ecopreneur BIKI telah berinovasi menciptakan pelapis alami sayur dan buah mereka, Chitasil.
Blibli juga menerapkan kolaborasi dan inovasi keberlanjutan lintas industri guna memperkuat posisi ekonomi sirkular sebagai pilar strategis dalam pembangunan nasional. Kolaborasi multi stakeholder ini diwujudkan dalam acara Langkah Membumi Festival yang diinisiasi Blibli Tiket Action bersama Ecoxyztem dalam rangka mengatasi krisis sampah di Indonesia. Acara bertema 'CollaborAction for the Earth' ini akan digelar 2-3 November mendatang di Senayan Park.
![]() |
Festival tersebut menjadi melting pot para stakeholders untuk bertukar ide dan praktik terbaik sustainability. Ajang ini juga mengajak para stakeholder untuk mengenal lebih dalam solusi iklim dengan cara yang membumi serta menangkap peluang yang muncul dari perubahan iklim, seperti munculnya green jobs.
Pengunjung bisa menikmati berbagai kegiatan menarik, seperti eco-workshop, pasar eco-preneur dengan beragam produk ramah lingkungan hingga inovasi keberlanjutan, tak ketinggalan instalasi seni yang mengusung konsep berkelanjutan.
Catat tanggalnya, jangan sampai ketinggalan ya! Klik di sini untuk registrasi di Langkah Membumi Festival 2024 (akn/ega)