Hal tersebut diungkapkan Bahlil saat memberikan sambutan dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition yang diselenggarakan di Jakarta International Convention Centers (JCC), Selasa (15/4/2205).
Dalam sambutannya, Bahlil menyampaikan merupakan Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition babak baru Indonesia dalam Paris Agreement. Meskipun ia mengetahui sejumlah negara-negara penggagas telah keluar dari perjanjian tersebut.
"Sekalipun saya tau, bahwa dunia sebagian yang mengusulkan untuk mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam menurunkan Co2 dan kita mendorong 2050-2060 bebas emisi itu mulai agaknya ragu-ragu atau tidak konsisten," kata Bahlil.
Bahlil menegaskan Indonesia tidak bakal ragu untuk menjalankan Paris Agreement. Hanya saja, Bahlil bilang Indonesiaakan menjalankan komitmen secara hati-hati.
Ia menjelaskan, komitmen tersebut tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang berbicara tentang swasembada energi yang didalamnya akan menyangkut energi hijau dan hydrogen. Oleh karenanya, meminta Duta Besar Prancis untuk mempertanyakan kembali komitmen negara-negara penggagas perjanjian iklim tersebut.
"Jadi Pak Dubes Prancis nggak perlu meragukan tentang komitmen Indonesia. Justru saran saya Bapak tolong tanyakan kepada negara-negara yang telah mengininsiasi untuk melahirkan Paris Agreement itu sejauh mana komitmen mereka," kata Bahlil.
"Karena ini Indonesia sudah sangat konsisten menjalankan. Nah ini saya harap bisa berjalan dengan baik," tambahnya.
(rrd/rrd)