BKPM Sebut Danantara Berpotensi Investasi di Proyek Tangkap Karbon

Heri Purnomo - detikFinance
Selasa, 07 Okt 2025 15:33 WIB
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan/Foto: Heri Purnomo/detikcom
Jakarta - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) berpotensi besar berinvestasi di proyek carbon capture and storage (CCS) dan carbon capture, utilization, and storage (CCUS) di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan Danantara untuk mendorong proyek-proyek strategis nasional yang berdaya saing global.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan mengatakan keputusan akhir Danantara akan masuk ke proyek tersebut tetap mempertimbangkan aspek keekonomian dan kelayakan bisnis.

"Tapi dengan catatan memang dia juga profitable gitu, sehingga nanti menurut kami, karena CCS ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk memunculkan daya saing Indonesia. Sebagian negara yang bisa menghasilkan produk energi yang bersih, maka pasti CCS ini bisa jadi perhatiannya," katanya usai acara International & Indonesia CCS Forum 2025 di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Pihaknya sedang menganalisa sejumlah proyek CCS dan CCUS. Jika proses analisa tersebut rampung dan menghasilkan dampak yang besar bagi Indonesia, maka proyek tersebut akan diajukan ke Danantara.

"Nanti secara finansial Danantara akan mendalami lagi, mengkaji sampai nanti mereka punya kesepakatan apakah akan berinfiltrasi atau tidak, tapi di awalnya prosesnya banyak beberapa proyek yang dilakukan sekarang di Danantara itu, awalnya adalah memang melalui kita. Kan juga menterinya juga CEO Danantara juga. Jadi, koordinasi kita very nice lah so far," katanya.

Nurul menjelaskan bahwa saat ini Indonesia memiliki potensi penyimpanan CO₂ hingga 577 gigaton. Potensi ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia yang menempatkan Indonesia di peringkat keempat, setelah Amerika Serikat, China, dan Rusia.

"Artinya, Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon selama 200 tahun, cukup untuk menampung emisi domestik dan juga negara-negara sekitar menjadikan Indonesia pusat CCS di Asia. Di Indonesia kan persoalannya sekalipun ketersediaannya untuk penyimpanannya besar, cuman kan investornya siapa yang akan melakukan itu? Makanya yang ada sekarang ini kan baru dari British Petroleum, sama satu lagi tadi Exxon," katanya.


(ara/ara)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork