"Pada saat kita mau shifting masuk kepada green energy, whatever the story, produksi green energy sekarang kita ini levelnya masih mahal. Kenapa? Karena supply chain-nya masih mahal," katanya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (28/12/2025).
Untuk mengatasi hal tersebut, Todotua menerangkan pemerintah menggeber hilirisasi industri. Ia menilai, dengan hilirisasi, pasokan bahan baku dapat dipenuhi dalam negeri, termasuk dalam pembangkit listrik tenaga surya.
Baca juga: PLTN Pertama RI Ditargetkan Beroperasi 2032 |
"Bagaimana kita bisa menghadirkan industri, atau downstreaming daripada solar panel di negara kita yang kompetitif, sehingga ini nanti secara supply chain, memberikan kontribusi terhadap harga energi green kita yang murah," imbuhnya.
Selain itu, pemerintah juga mendorong teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan hilirisasi. Namun, biaya menjadi kendala.
"It's all about cost. It's all about strategic price yang akan dihasilkan," terangnya. (rea/rrd)











































