"Ketersediaan infrasturukturnya sejauh ini masih terbatas, sangat-sangat terbatas. Belum lagi masyarakat harus beli converter kit-nya sendiri," kata Pengamat perminyakan sekaligus Direktur ReforMiner Institute Indonesia, Pri Agung Rakhmanto ketika dihubungi detikFinance, Jakarta (24/1/2011).
Pri Agung mengatakan, hal tersebut akan sulit berjalan seperti program penggunaan BBG (Bahan Bakar Gas) yang pernah dugulirkan Pemerintah beberapa waktu lalu. Belum lagi jika sosialisasinya belum ada, masyarakat tidak akan tahu, dan ketika disuruh untuk membeli converter kit-nya sendiri, jelas mereka akan memilih untuk menolak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, jika pemerintah benar-benar serius menjalankan ini, pemerintah harus menyiapkan blue print untuk mempersiapkan infrastruktur secara nasional. Selain itu, perlu disiapkan juga anggaran khusus dari APBN untuk penyediaan hal tersebut.
"Ini tidak bisa dikaitkan semata jika ingin beralih dari pemakaian BBM. Begitu juga jika ingin beralih dari Pertamax. Tidak bisa seperti itu, harus ada program tersendiri," tambahnya.
Seperti diketahui, Dirjen Migas Kementerian ESDM, Evita Herawati Legowo mengatakan menjelang rencana pembatasan BBM bersubsidi, masyarakat dapat memilih opsi alternatif untuk menggunakan LGV. Selain itu, mengingat terus meningkatnya harga Pertamax belakangan ini akibat naiknya harga minyak dunia, opsi alternatif tersebut bisa dijadikan pilihan.
(nrs/ang)











































