"Memang harga naik tapi seandainya harga itu naik kita masih menyakini sifatnya temporer nanti akan stabil kembali," kata Agus Marto Wardojo di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jumat (4/1/2011).
Agus menjelaskan, saat ini APBN masih berpatokan pada harga minyak dunia pada kisaran US$ 80 per barrel.Β Namun jika nantinya akan ada perubahan, pemerintah akan sampaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang Januari 2011, harga minyak mentah Indonesia (ICP/Indonesia Crude Price) naik US$ 5,72 per barel menjadi US$ 97,09 per barel, dari harga di Desember 2010 yang sebesar US$ 91,37 per barel.
Harga minyak ini telah melampaui asumsi dalam APBN 2011 yang sebesar US$ 80 per barel.
Menurut Tim Harga Minyak Indonesia, peningkatan harga minyak mentah Indonesia itu sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah di pasar internasional, yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain terhentinya suplai minyak dari jalur pipa Trans-Alaska yang menyalurkan 12% produksi minyak mentah AS akibat terjadinya kebocoran pada awal Januari 2011.
"Selain itu, musim dingin yang masih berlanjut di sejumlah wilayah di belahan bumi bagian utara (Eropa, AS, dan Kanada) yang berdampak pada peningkatan konsumsi produk minyak terutama heating oil serta meningkatnya kekhawatiran pasar akan terjadinya hambatan suplai minyak melalui Terusan Suez yang disebabkan oleh ketegangan politik di Mesir," demikian dikutip dari situs Kementerian ESDM, Rabu (2/2/2011).
Peningkatan harga minyak mentah juga disebabkan oleh perkiraan meningkatnya permintaan minyak mentah dunia oleh IEA (International Energy Agency), EIA (Energy Information Administration) dan OPEC.
IEA dalam laporan Januari 2011 memperkirakan permintaan minyak global di 2011 sebesar 89,1 juta barel per hari, meningkat 1,4 juta barel per hari dibandingkan 2010 yang ditopang pemulihan ekonomi global dan musim dingin yang masih berlangsung di belahan bumi utara.
Sementara EIA dalam laporan Januari 2011 memperkirakan pertumbuhan konsumsi minyak global rata-rata 1,4 juta barel per hari di 2011, yang ditopang oleh konsumsi negara-negara non OECD khususnya China, Timur Tengah, dan Brazil.
(anw/ang)











































