Ke-12 kontraktor tersebut adalah Pertamina EP, Kondur Petroleum, VICO, CNOOC, PHE WMO, Petrochina, Premier Oil, Petro Selat, Total EP Indonesie, Medco EP, JOB Pertamina-Medco Tomori, serta JOB Talisman Jambi Merang.
"Keseluruhannya terdapat 32 lapangan yang menjadi kandidat penerapan EOR," kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Elan Biantoro, dalam siaran pers yang diterima detikFinance, Jakarta (27/6/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan EOR tersebut, maka cadangan migas yang diambil (recovery factor) dapat meningkat. Melalui EOR, maka hidrokarbon yang bisa diambil menjadi 60% dari cadangan terbukti (dari biasanya hanya sekitar 30%. Bahkan, lanjutnya, 70%-85% minyak dari cadangan terbukti bisa diangkut jika menggunakan teknologi terkini.
"Namun, penerapan EOR adalah proyek jangka panjang. Prosesnya memakan waktu setidaknya lima tahun," akunya.
Elan melanjutkan, kontribusi secondary dan tertiary recovery terhadap produksi minyak nasional sudah melampau primary recovery. Hal tersebut disampaikannya dengan rincian distribusi fase produksi primer sebesar 47%, sekunder 31%, dan tertier/EOR 22%.
"Jadi, EOR berperan penting dalam peningkatan produksi nasional di masa depan. Sekarang, teknologi terus berkembang. Semakin terkini, maka semakin tinggi tingkat factor recovery-nya," timpal Elan.
Katanya, beberapa negara telah berhasil menerapkan EOR. Misalnya, di lapangan Daqing, China, yang dioperatori Petrichona dimana melalui injeksi polymer, produksinya dapat dipertahankan konstan 1 juta barel per hari (bph) selama kurang lebih 30 tahun. Sebelumnya, Petrochina melakukan injeksi air dan optimasi.
Maka itu, BP Migas selaku badan hukum yang mengurusi kegiatan hulu di bidang migas nasional meminta para kontraktor agar dalam usulan persetujuan plan of development (POD) juga mencantumkan rencana tahapan phase produksi dari primer hingga EOR.
"Dengan persiapan seja dini, hasilnya akan lebih optimal," harapnya.
Seperti diketahui, banyak yang menilai bahwa lapangan migas di Indonesia cenderung "tua" sehingga perlu dilakukan sebuah teknik khusus demi meningkatkan produksi secara optimal.
Pada tahun ini, pemerintah menetapkan target produksi minyak sebesar 970 ribu bph. Namun, sejauh ini realisasinya baru tercapai kisaran 906 ribu bph. Hal ini masih jauh dari target.
(nrs/qom)