"Migas kita, dari segi cadangan, cekungan, produksi, eksplorasi, dan juga eksploitasi memang banyak. Namun, sesuatu yang diandalkan ini ternyata belum optimal. Bangsa-bangsa lain yang memiliki posisi sama seperti kita sudah optimal, namun kita ini belum optimal," katanya dalam acara Workshop Road Map Migas Eksplorasi Migas di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta (28/6/2011).
Darwin melanjutkan, bahwa upaya sejauh ini terkait meningkatkan produksi minyak maupun gas di Indonesia sudah sangat maksimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan olehnya, bahwa dari 128 cekungan sedimen yang ada di Indonesia baru 16 cekungan yang sudah berproduksi. Menurutnya hal tersebut disebabkan minimnya data geosain pada cekungan frontier sehingga pihak investor kurang tertarik untuk berinvestasi pada cekungan yang minim data dan informasi geosain tersebut.
"Ini data dari geosain sangat penting bagi investor, supaya tidak pakai lapangan-lapangan yang itu saja. Jadi produksi Indonesia bisa meningkat. Sehingga sekarang ini adalah kewajiban pemerintah untuk mencari, melengkapi, dan meningkatkan kualitas data dari geosain terkait cekungan-cekungan tersebut," janjinya.
Darwin menilai jika eksplorasi banyak dilakukan di Indonesia maka potensi migas RI akan bertambah. "Akan penuh berkah kalau kita terus berupaya bereksplorasi. Sejauh ini investasi di Migas hanya berkisar Rp 150 triliunan, maka itu kita harus lengkapi dan meningkatkan kualitas data kita. Agar investor mau berinvestasi ke cekungan-cekungan yang baru," ucap Darwin.
Sebelumnya Tim Pengawasan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi (TP3M) menyampaikan posisi 20 Juni 2011 produksi minyak Indonesia baru mencapai 906.000 barel per hari dari target 970.000 barel per hari.
(nrs/hen)











































