"Harga BBM kita masih sangat murah dibandingkan dengan Vietnam dan Filipina," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Andie Megantara dalam Workshop Reformasi Subsidi Energi di Indonesia di Hotel Akmani, Jakarta, Senin (5/7/2011).
Murahnya harga BBM di Indonesia, memicu adanya penyelundupan untuk dijual lagi ke negara tetangga dengan harga yang lebih mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga BBM yang murah, berdampak pada semakin besarnya konsumsi BBM bersubsidi yang membutuhkan dana ekstra untuk menanggung selisih harga subsidi dengan harga keekonomian.
Dijelaskan olehnya, setiap ada kenaikan US$ 1 per barel dalam ICP (Indonesia Crude Price/Harga Minyak Mentah Indonesia), pemerintah harus menanggung Rp 0,8 triliun (defisit) dalam APBN.
"Maka itu, sudah tentunya kita mulai batasi volume kuota BBM bersubsidi, dan juga gimana untuk menaikkan harga. Agar tidak ada peralihan konsumsi dari BBM Non-subsidi ke BBM Subsidi," ungkapnya.
Ia mengakui, bahwa Indonesia seharusnya sudah harus memasuki tahap pelepasan dari subsidi. Sampai saat ini pun subsidi masih cenderung tidak tepat sasaran.
Seperti diketahui, harga BBM di Indonesia memang masih lebih murah dibandingkan beberapa negara yang ada di ASEAN dan sekitarnya. Beberapa waktu lalu, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Mochammad Harun menyampaikan perbedaan harga antara harga BBM di Indonesia dengan beberapa negara tetangga:
- Malaysia, Rp 5.385/liter (setara Premium), Rp 5.101/liter (setara Solar)
- China, Rp 9.776/liter (setara Premium), Rp 10.361/liter (setara Solar)
- India Rp 12.615/liter (setara Premium), Rp 7.628/liter (setara Solar)
- Thailand, Rp 11.926/liter (setara Premium) Rp 8.428/liter (setara Solar)
- Filipina, Rp 10.828/liter (setara Premium), Rp 8.765/liter (setara Solar)
(nrs/hen)