Hal itu disampaikan oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (7/7/2011).
"Untuk pembahasan elpiji 50 kg, kita masih 'ngotot-ngototan'. Kita sekarang sedang diskusikan itu, karena banyak pertimbangannya," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami masih diskusi dan sampai saat ini belum putus diskusinya," terang Evita.
Evita mengatakan, salah satu hal yang dikhawatirkan jika harga elpiji 50 kg naik, adalah adanya kemungkinan tindakan pengoplosan terhadap barang non subsidi tersebut yang dilakukan oknum-oknum tertentu.
"Kita takut ada pengoplosan dari gas 3 kg ke 50 kg. Takut dioplos, tahun 2009-2010 kan pernah terjadi dan itu jumlahnya lumayan. Kita ada datanya dari kepolisian," tutur Evita.
Evita juga menambahkan, pihaknya juga masih membahas rencana Pertamina menaikkan elpiji 12 kg (non subsidi). Dirinya mengatakan, pihaknya khawatir akan ada migrasi konsumsi dari elpiji 12 kg ke 3 kg (yang disubsidi) jika harganya dinaikkan.
"Kalau 12 kg, yang kita takutkan adalah akan ada terjadinya migrasi ke 3 kg. Makanya masih kita bahas sampai saat ini," katanya.
Seperti diketahui, akibat terusnya merugi tiap tahun, Pertamina berencana menaikkan harga jual elpiji untuk industri sekitar 10%. Dengan kenaikan harga jual elpiji industri ini, Pertamina ingin berbagi beban dengan industri.
Dijanjikan, Pertamina bakal menaikkan harga elpiji 50 kg di minggu ini dan elpiji 12 kg usai lebaran. Namun ternyata pemerintah meminta mereka untuk menunda kenaikan tersebut.
(nrs/dnl)