Demikian diungkapkan perwakilan Kapolda Sulawesi Tengah, Ari Dono, dalam rapat dengan pendapat bersama anggota Komisi VII DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2011).
"Berdasarkan investigasi di lapangan, asal muasal kejadian ini adalah adanya harapan-harapan masyarakat yang tidak terpenuhi dari pihak perusahaan. Itu yang kami dapatkan di lapangan," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahasanya berunjuk rasa, tapi mereka membawa alat senjata tajam dan bom ikan. Ini berdasarkan keterangan baik dari saksi pihak perusahaan dan saksi pelaku," ungkapnya.
Kemudian, olehnya diceritakan, masyarakat melakukan perusakan fasilitas produsi yang ada di wilayah lapangan Tiaka, membawa Speed Boat medis, membawa supir dan pihak sekuriti.
"Dari tanggal 20 Agustus 2011, sejak ada laporan, kita datangkan bantuan. Itu masih terjadi, sampai tanggal 22 Agustus ada lima perahu lagi yang datang berjumlah 60-80 orang mendatangi di Tiaka. Kita sudah bersiaga di sana. Kita bilang mereka agar jangan mendarat ke Tiaka. Saat itu mereka bawa parang, bawa tombak, dan bom ikan," katanya.
Sedangkan, Indra Prasetya selaku General Manager JOB Pertamina-Medco Tomori yang turut hadir, pihaknya menceritakan secara rinci sebagai berikut:
20 Agustus 2011
08:45 WITA
Sekelompok massa, sekitar 20-30 orang, dengan perahu sampan menerobos masuk dan naik ke TB Aria, kemudian menuju ke fasilitas di darat yang dioperasikan Join Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori (JOB PMT) dan melakukan pengrusakan serta penganiayaan terhadap pekerja yang berada di lokasi.
10:30
Ambulance speedboat (MV Mentari) diambil alih oleh masa beserta 1 orang kru dan 1 orang petugas sekuriti yang ditugaskan untuk menjamin keselamatan kru kapal. Ambulance speedboat dilarikan ke Kolo Bawah setelah menjarah solar 200 liter
11:00
Kapolsek Mamosalato dan jajaran tiba di lokasi setelah sebelumnya singgah di Kolo Bawah untuk bernegosiasi membebaskan ambulance speedboat namun tidak berhasil
18:40
Massa kembali ke Tiaka dengan ambulance speedboat dan kembali berusaha mengambilalih TB Aria, tetapi gagal. Massa perusuh melakukan pembuangan tiga bom ikan di buritan FSO MT Raisis dan di samping TB Aria. Setelah itu aparat melakukan tembakan peringatan yang membuat massa perusuh pergi menjauh dan kembali ke Kolo Bawah
21 Agustus 2011
Hasil investigasi teknis dan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) menyimpulkan kerusakan fasilitas tingkat ringan dan dilanjutkan persiapan untuk start up sistem operasi produksi
Kapolres Morowali dan jajaran tiba di lokasi untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan di lokasi. Investigasi secara teknis dan LK3 dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyidikan dan penyelidikan Kepolisian.
22 Agustus 2011
13:52
Sekitar 200 orang masyarakat desa Kolo Bawah dengan 1 Perahu Besar dan 3 Jolor menduduki fasilitas Lapangan Tiaka.
Kapolres menginstruksikan agar aparat tidak menggunakan senjata dan melakukan dialog. Situasi memanas di mana terjadi perusakan dan pembakaran Fasilitas Produksi .
Situasi semakin tidak terkendali (chaos), aparat tidak dapat menahan diri untuk melakukan tembakan pembelaan diri, sementara itu empat aparat (tiga Polisi dan satu TNI AD) juga diketahui bersembunyi di Jolor menghindari ledakan fasilitas dan bocoran H2S.
Dalam kondisi chaos tersebut, Andri, koordinator lapangan perusuh, dan rekan berusaha merebut Crew Boat Lio, pada saat itu Andri tertembak. Akhirnya perusuh mundur melarikan Andri menuju kota Kolo Bawah. Dalam pelarian, 1 Jolor kehabisan bahan bakar (terdapat empat aparat tadi) dan meminta bahan bakar ke Crew Boat Lio sebagai barter dengan aparat yang disandera.
13:52
Pada saat proses barter berlangsung, terjadi baku tembak antara perusuh dan aparat di Crew Boat Lio, mengakibatkan empat perusuh terluka dan satu tewas, sehingga perusuh yang tersisa 18 orang menyerah dan dibawa Crew Boat Lio beserta korban tewas dan luka. Crew Boat Lio singgah ke Tiaka membantu evakuasi, namun tidak jadi karena keterbatasan Crew Boat Lio dan melanjutkan perjalanan ke kota Rata.
Fasilitas operasi produksi mengalami sistem shut down kembali.
15:11
Kapolres Morowali menyarankan dilakukan evakuasi untuk pekerja yang berada di lapangan untuk meninggalkan P. Tiaka (53 orang) karena kondisi tidak kondusif.
Fasilitas opserasi produksi sengaja dibakar oleh massa perusuh, namun sudah berhasil dipadamkan. System shut down masih berlangsung.
Volume minyak mentah (crude) di FSO Raisis diperkirakan 100.000 barel dalam keadaan aman.
TNI AL akan mengirim sekitar 120 personil dari Kendari untuk pengamanan lapangan Tiaka hingga sepekan ke depan.
17:50
Evakuasi pekerja (53 orang) dari P. Tiaka telah dilakukan dengan Tug Boat dengan pengawalan pihak kepolisian menuju kota Rata.
Aparat yang siaga di lapangan terdiri dari tiga TNI AL, empat Brimob, dan dua Polri ditambah Capt. FSO dan Mooring masih siaga di FSO.
Diketahui Andri (Korlap Perusuh) tertembak dibagian paha dan di rujuk ke RS Luwuk (diduga tidak tertangani di Puskesmas Mamosalato). Pada pukul 17.00 juga diketahui meluncur dengan dua Toyota Avanza hitam (nomor polisi tidak diketahui). Tambahan bantuan perkuatan personel kepolisian didapatkan dari Polres Luwuk sekitar 40 Orang.
Kondisi tidak aman.
19:35
Pekerja JOB telah tiba di Kota Rata 17.30 dan sedang dalam persiapan berangkat ke Luwuk via darat (truk Polri dan tujuh kendaraan operasional JOB), kurang lebih 3-4 jam perjalanan.
Berdasarkan keterangan tambahan, terdapat satu korban penembakan (Andri) tertembak di dada (bukan paha) dan sekarang sedang di rawat di RS Luwuk. Selain itu, terdapat satu korban lagi dari masyarakat yang tertembak di kota Kolo, ketika operasi pembebasan empat Polisi dan satu TNI yang disandera masyarakat. Belum diketahui secara pasti status korban tersebut (sejumlah media menyatakan korban tewas dalam perjalanan), ada kemungkinan korban ini melalui jalur yang sama dengan jalur evakuasi pekerja, yaitu dari kota Rata ke Luwuk.
Kapal KRI Teluk Ende diperkirakan akan merapat ke Tiaka pada 23 Agustus 2011 pukul 10.00-11.00 disusul KRI Hiu pukul 14.00, untuk itu ERC BP Migas telah menginformasikan ke Nakhoda Kapal FSO (Capt. Takasili) dan Mooring Master (Capt. Mulyadi) untuk mempersiapkan Jetty L di Tiaka sebagai lokasi merapatnya KRI
23 Agustus 2011
KRI Hiu dan KRI Tanjung Ende tiba di lapangan Tiaka dan akan melakukan penjagaan untuk satu pekan ke depan
Atas kejadian tersebut, diperkirakan kerugian akibat kerusakan yang terjadi mencapai Rp 4 miliar. Sedangkan produksi minyak sempat hilang mencapai 2000 ribu barel per hari akibat dihentikannya kegiatan produksi.
(nrs/dnl)