DPR: Ada yang 'Jegal' Pembangunan Kilang Agar RI Impor BBM

DPR: Ada yang 'Jegal' Pembangunan Kilang Agar RI Impor BBM

- detikFinance
Kamis, 08 Des 2011 20:34 WIB
Jakarta - Selama ini pembangunan kilang-kilang minyak di Indonesia masih sangat minim. Diduga ada pihak-pihak yang menghambat rencana pembangunan kilang di Indonesia sehingga impor BBM terus jalan.

Hal ini disampaikan oleh Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha kepada detikFinance, Kamis (8/12/2011).

"Dengan terpilihnya 9 Anggota Komite BPH Migas baru ini kami menaruh harapan agar ada kilang-kilang baru yang selama ini dihambat karena banyak pihak yang masih menginginkan impor. Jika tidak membangun kilang banyak sekali impornya," tutur Satya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui selama Januari-Oktober 2011 Indonesia nilai produk migas mencapai US$ 33,604 miliar, naik drastis 53,99% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 21,822 miliar.

Impor migas ini terdiri dari impor minyak mentah yang nilainya pada periode Januari-Oktober 2011 mencapai US$ 8,866 miliar atau naik 39,3% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 6,36 miliar. Kemudian impor hasil minyak yang biasanya BBM ini juga naik 58,33% di Januari-Oktober 2011 menjadi US$ 23,57 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 14,886 miliar.

Memang hari ini Komisi VII DPR telah memilih 9 Anggota Komite BPH Migas dari 18 calon yang diseleksi selama 4 hari ini. Salah satu pesan DPR adalah pembangunan kilang tadi.

Satya mengatakan, selain hambatan pembangunan kilang-kilang minyak atau BBM tadi, masih ada banyak masalah di sektor hilir migas.

"BPH Migas juga harus bisa mengontrol distribusi BBM subsidi yang selama ini selalu ada penyelewengan dan penyelundupan-penyelundupan," kata Satya.

Anggota Fraksi Golkar ini menyatakan penyelundupan-penyelundupan BBM subsidi ini menimbulkan kelangkaan BBM di beberapa daerah.

Kemudian, Satya juga meminta BPH Migas untuk mendukung pembangunan Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) untuk membantu distribusi hilir gas di Indonesia sehingga bisa berjalan dengan baik. "Kami minta pasokan gas domestik diperbanyak, serta dipikirkan agar ada opsi impor LNG (gas cair) sehingga FSRU tersebut terisi," tukas Satya.

(dnl/dnl)

Hide Ads