"Ini adalah sebuah keputusan penting. Ini akan menjadi sebuah sanksi yang memperkuat kepada Iran," ujar Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague seperti dikutip dari AFP, Senin (23/1/2012).
"Ini jelas merupakan hal yang benar dilakukan karena Iran terus melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan menolak hadir dalam negosiasi penuh arti untuk program nuklir," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk melindungi perekonomian Eropa yang kini sedang berjuang menghadapi krisis, negara-negara Eropa itu sepakat untuk melakukan embargo secara bertahap. Negara-negara yang memiliki kontrak dengan Iran hingga 1 Juli 2012 diharapkan bisa mengakhirinya.
Dalam pertemuan tersebut, Uni Eropa juga sepakat untuk membekukan aset-aset Bank Sentral Eropa, serta melarang semua perdagangan emas dan logam berharga lain dengan bank dan lembaga publik lainnya.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherina Ashton mengatakan, pihaknya berharap sanksi finansial bise menekan Tehran untuk kembali melakukan negosiasi dengan Barat.
"Saya ingin tekanan sanksi-sanksi ini bise menghasilkan negosiasi," ujar Ashton seperti dikutip dari Reuters.
"Saya ingin melihat Iran kembali ke meja perundingan dan mengambil semua ide yang kita tinggalkan di meja tahun lalu atau datang lagi dengan ide baru," tambahnya.
Tehran sebelumnya mengatakan program nuklirnya penting untuk memenuhi kebutuhan energi. Namun Badan Energi Atom Internasional PBB mengaku memiliki bukti-bukti yang menunjukkan Iran sedang mendesain senjata nuklir.
Masalah ketergantungan Yunani atas minyak Iran sempat mengganjal kesepakatan sanksi tersebut, terutama terkait waktu dan kondisi embargo minyak. Namun Yunani yang kini sedang terbelit utang dan sangat bergantung pada minyak Iran hingga sepertiga impornya mengaku telah menyepakati masalah finansial dengan Iran, termasuk pembayaran 60 hari dan tidak ada jaminan finansial.
Uni Eropa pun kini sedang bersiap mencari pemasok baru yang bisa memberikan berbagai kemudahan sebagaimana diberikan Tehran kepada Yunani. Kontak sedang dilakukan dengna Arab Saudi dan diharapkan Libya juga meningkatkan produksinya sehingga bisa membantu Uni Eropa.
"Yunani telah sepakat pada level politik untuk menghentikan impor minyak Iran. Pertanyaannya adalah, siapa yang dapat memberikan kompensasi. Akan lebih sulit untuk menemukan pemasok alternatif karena situasi finansial di Yunani saat ini," ujar seorang diplomat seperti dikutip dari AFP.
Iran tercatat memasok 34,2% dari total impor minyak Yunani. Iran juga memasok 14,9% impor minyak Spanyol dan 12,4% total impor Italia. Dengan kondisi 3 negara yang kini sedang mengalami kesulitan ekonomi, maka kemungkinan pembicaraan mengenai embargo minyak itu akan sulit.
Inggris, Prancis dan Jerman telah memberikan tenggat waktu selama 3 bulan, sementara Yunani minyak 1 tahun. Rencananya, embargo itu akan berlangsung selama 5 bulan dan efektif mulai 1 Juli.
(qom/qom)