Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan menjelaskan, Blok M Plaza per bulannya selalu membayar listrik Rp 1,3 miliar. Sedangkan Mal Ciputra, Slipi jauh lebih besar Rp 2,3 miliar.
"Blok M punya kapasitas 5.000 kVA, per bulanny Rp 1,3 miliar," kata Ridwan yang juga salah satu Direktur Pakuwon Grup, pengelola Blok M Plaza di Jakarta, Selasa (23/10/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sugwantono, besaran tagihan listrik memang tergantung luas mal masing-masing. Untuk pusat perbelanjaan sangat luas, seperti Gran Indonesia biaya listriknya tentu lebih tinggi dari Rp 2 miliar.
Usaha menekan biaya energi selalu dilakukan pengelola mal. Salah satunya menggunakan genset bertenaga gas. Namun, gas tidak juga bisa menjadi andalan, menggantikan energi listrik PLN.
"Dengan menggunakan genset memang mahal. Tapi operasionalnya murah. Namun tidak bisa berjalan baik, karena PGN (Perusahaan Gas Negara) nggak support. Alasannya, jalur distribusinya nggak ada. Kita sudah sedia bangun, tapi dia nggak jamin pasokannya. Belum lagi kalau mau dipasang, dia maunya main power. Nggak mau cadangan," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, rasio elektrifikasi di Papua masih minim sebesar 31%. Mayoritas masyarakat Papua belum bisa menikmati listrik.
Bahkan dari sisi konsumsi listrik yang tercermin dari tagihan listrik masih sangat rendah. Jika dibandingkan tagihan listrik se-Papua dalam 9 bulan hanya, jumlah itu hanya setengah dari tagihan listrik per bulan sebuah pusat perbelanjaan (mal) besar.
(wep/dru)