"Susut BBM subsidi itu selalu harus kami sendiri yang menanggung, padahal kami minta sekian liter, sampainya tidak lelalu pas," kata Ketua Hiswana Migas Jatim, Hari Kristanto kepada detikFinance, Kamis ((3/1/2013).
Apalagi dari setiap pengiriman BBM dari depo ke SPBU ungkap Hari hilang 0,6% sampai 1,1% tergantung jarak dari Depo ke SPBU, misalnya per hari 10 ton BBM yang dikirim susut atau hilang mencapai 100 liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tambah Hari, jika terus dibiarkan kata Hari, selama satu bulan susut pengiriman BBM bisa mencapai 3 KL kalau dikalikan Rp 4.500 per liter, mencapai Rp 13 juta per bulan.
"Susutnya per bulan mencapai 3 KL kalau dikalikan Rp 13 juta per bulan, dan itu yang harus nanggung pengusaha SPBU bukan Pertamina atau pihak ke tiga," jelasnya.
Pihaknya kata Hari, sudah berulang kali protes ke Pertamina, namun Pertamina tidak ingin disalahkan karena mereka mengklaim sistem pengisian BBM sudah melalui sistem komputerisasi dan sudah tepat.
"Kita sudah sering protes ke Pertamina, tapi Pertamina tidak mau disalahkan, karena sistem mereka sistem komputerisasi, jadi yang kami salahkan pihak ke tiga, si sopir truk yang nakal, nah tapi kan supir truk itu dari anak perusahaan Pertamina juga, Patra Niaga, mereka juga tidak mau disalahkan, jadi yah kami juga akhirnya yang nanggung susut itu," tandasnya.
(rrd/dru)