Pada bulan Maret 2005, pemerintah menaikan harga BBM 32% untuk premium dari Rp 1.810 menjadi Rp 2.400 per liter dan solar dari Rp 1.650 menjadi Rp 2.100 per liter atau 27%.
Kemudian 1 Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga BBM secara signifikan. Harga premium naik dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter atau naik 87% dan harga solar naik dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300 per liter atau naik 105%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut JK, pada waktu itu cara menjelaskan ke rakyat dilakukan dengan benar dan rakyat mengerti.
"Dulu kita uangnya banyak untuk subsidi BBM, padahal itu subsidi orang kaya, kalau terus begini rumah sakit tidak bisa diperbaiki, jalan rusak lama diperbaiki, sektor pertanian tertinggal, kalau uang subsidi BBM dibuat itu semua bagaimana, tapi harga BBM-nya naik, rakyatnya mengerti, jadi terima kenaikkan harga BBM bahkan dua kali lagi naiknya," ungkap JK.
Menurut JK yang berbeda yang dilakukan pemerintahan sekarang, uang APBN 20% dihabiskan untuk subsidi BBM yang percuma namun mau dinaikkan 30% harganya diprotes sana sini.
"Ya karena menjelaskannya salah, karena kalau tidak naikkan harga minyak fiskal kita jebol, apa itu fiskal, siapa yang mengerti fiskal, saya saja yang pernah jadi Wakil Presiden tidak mengerti apa itu fiskal jebol," tandasnya.
(hen/hen)