Sebelum Krisis 1998, PLN Untung Besar Karena Listrik Tak Disubsidi

Sebelum Krisis 1998, PLN Untung Besar Karena Listrik Tak Disubsidi

- detikFinance
Jumat, 06 Sep 2013 10:51 WIB
Jakarta - PT PLN (Persero) sempat menjadi BUMN dengan jumlah keuntungan paling besar dalam kurun waktu 1994 hingga 1997. Alasannya karena pada periode itu tarif listrik tidak disubsidi oleh anggaran negara (APBN), PLN lebih sehat sebagai sebuah perusahaan.

Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan mekanisme kenaikan tarif yang sedang diusulkan pemerintah ke DPR saat ini, sama persis yang pernah dilakukan pada tahun 1994-1997 atau sebelum terjadi krisis moneter (krismon).

"Mekanisme tarif listrik yang diusulkan tersebut bukan kenaikan tarif tapi automatic adjustment, itu seperti tarif listrik pada 1994-1997, persis sebelum krismon, dan itu juga tarif adjustment tersebut berlaku untuk semua golongan," ucap Nur Pamudji ketika ditemui di Kantor PLN Pusat, Jumat (6/9/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikatakan Nur, dengan automatic adjustment tersebut membuat tidak ada subsidi listrik untuk pelanggan PLN, yang menyebabkan PLN menjadi BUMN yang mendapatkan keuntungan terbesar dibandingkan BUMN lainnya pada waktu itu.

"Sehingga ya tidak ada subsidi untuk PLN, karena PLN profitable, yang untungnya besar sekali, untungnya paling besar di semua BUMN," ungkapnya,

Ditambahkannya, sistem tarif tersebut ingin kembali diterapkan di PLN, namun dimulai dengan golongan tertentu yang dianggap sudah mampu dan tidak perlu mendapatkan subsidi listrik dari negara.

"Mekanisme itu mau diterapkan lagi, tapi dimulai dengan golongan tertentu yang dianggap punya kemampuan daya beli dan dianggap mampulah, diusulkan pemerintah empat golongan itu yang subsidinya sudah dihapus, dipertahankan agar tidak mendapatkan subsidi karena akibat perubahan asumsi APBN yang tidak sama dengan realisasi," katanya.

(rrd/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads