Ini Spesifikasi dan Cara Kerja FSRU Lampung

Ini Spesifikasi dan Cara Kerja FSRU Lampung

- detikFinance
Sabtu, 10 Mei 2014 13:32 WIB
Jakarta -

Floating Storage Receiving Terminal (FSRU) Lampung milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah tiba di lokasi dan akan segera beroperasi menyalurkan gas ke Lampung atau Jawa Barat, Banten dan Jakarta. Lantas bagaimana cara kerja fasilitas ini?

Vice President Corporate Communication PGN Ridha Ababil menjelaskan, FSRU sejatinya adalah sebuah kapal yang dilengkapi oleh peralatan yang mampu merubah LNG (Liquid Natural Gas/Gas Alam Cair) dari bentuk cair ke bentuk gas (Regasifikasi) untuk kemudian disalurkan ke konsumen melalui jaringan pipa gas.

"FSRU ini berukuran panjang 294 meter, lebar 46 meter dan bobot 81.900 ton. Ini bisa menampung LNG sebanyak 170.000 meter kubik. Kemampuan regasifikasi maksimal 240 juta kaki kubik perhari (MMSCFD)," terang Ridha dalam Site Visit FSRU Lampung, Sabtu, (10/5/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ridha menerangkan, PGN FSRU Lampung juga sudah memiliki dasilitas untuk break-bulking, yaitu fasilitas untuk memuat LNG dari FSRU ke kapal LNG kecil guna mensuplai LNG ke wilayah lain di Indonesia.

FSRU ini sendiri kata Ridha, merupakan bagian dari terminal penerima LNG. Diterangkannya, PGN FSRU Lampung mulai dibangun di Hyundai Heavy Industries (Ulsan, Korea) pada Oktober 2012 dan selesai pada 7 April 2014.

Untuk dapat menyediakan fasilitas ini, PGN menggelontorkan investasi hingga sebesar US$250 juta untuk sewa kapal sekaligus sejumlah investasi lain termasuk biaya operasional fasilitas ini selama 25 tahun.

"Kapalnya sendiri kita sewa dari Hoege Indonesia. Dia itu perusahaan Norwegia tapi kapalnya udah berbendera Indonesia. Masa pakainya sampai 25 tahun," terangnya.

Dalam beroperasi, FSRU ini menerima gas berupa LNG cair yang diangkut dari sumur migas oleh kapal angkut. LNG tersebut kemudian di ubah menjadi gas (regasifikasi) dan kemudian dialirkan melalui pipa bawah laut. Segala proses penerimaan dan regasifikasi dilakukan di lepas pantai.

Setelah melalu regasifikasi gas masuk ke Tower Yoke Mooring System (TYMS). Fasilitas ini yang menghubungkan antara FSRU dengan jaringan pipa ke daratan melalui dasar laut. "Jaringan pipa di bawah lautnya memang statis, tapi untuk TYMS ini bisa berputar hingga 360 derajat. Jadi meskipun FSRU bergerak karena terbawa ombak tapi proses pengaliran gas tidak terhenti, tetap jalan," terang Ridha.

Di darat, gas akan diterima oleh fasilitas yang dinamakan Terminal Penerima LNG untuk akhirnya dialirkan ke konsumen memalui jaringan pipa yang dikelola perusahaan. "Jarak antara FSRU dengan daratan itu sekitar 21 Kilo Meter (Km)," kata Ridha.

Sayangnya, rangkaian fasilitas ini belum sepenuhnya dapat beroperasi karena masih harus menunggu penyempurnaan sejumlah bagian yang konstruksinya belum selesai.

"Pembangunan seluruh bagian terminal penerima LNG di Lampung akan selesai di awal Juni 2014. Setelah melakukan testing dan commissioning, terminal penerima LNG akan mulai beroperasi sekitar awal Juli 2014," tandasnya.

Dipilihnya Lampung sebagai lokasi pembangunan terminal dikarenakan posisi Lampung sangat strategis sebagai penghubung energi antara Jawa dan Sumatera.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads