RI Ketergantungan Bahan Baku Pelumas dan Aspal Impor dari Arab Saudi

RI Ketergantungan Bahan Baku Pelumas dan Aspal Impor dari Arab Saudi

- detikFinance
Senin, 12 Mei 2014 10:54 WIB
Jakarta - Indonesia masih ketergantungan impor bahan baku untuk produk pelumas dan aspal, yang diolah di dalam kilang milik PT Pertamina.

Sejak beroperasi pada 1976 kilang minyak Cilacap atau disebut PT Pertamina (Persero) refinery unit IV Cilacap, mendapatkan pasokan minyak dari Timur Tengah atau tepatnya dari Arab Saudi sekitar 125.000 barel per hari.

"Kilang minyak kita itu di desain dengan kondisi minyak yang ada di perut bumi, seperti kilang minyak Cilacap dulu banyak dapat minyak dari lapangan Arjuna dan Citra, sekarang produksinya makin sedikit, sehingga makin ketergantungan dari pasokan minyak dari Timur Tengah khususnya dari Arab Saudi," ungkap Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim kepada detikFinance di Kantornya akhir pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibrahim mengungkapkan, Kilang Minyak Cilacap mendapatkan pasokan sekitar 125.000-200.000 barel per hari sejak awal kilang minyak tersebut dioperasikan sejak 38 tahun lalu.

"Kilang itu dapat minyak khusus (Arabian light crude) minyak tipe khusus untuk memproduksi pelumas dan aspal, itu dapat pasokannya sudah lama sekali, bertahun-tahun lalu sampai saat ini, ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pasokan minyak dari Arab Saudi untuk kilang Cilacap melalui kontrak jangka panjang, tujuannya agar efisien.

"Nanti ujungnya minyak dari mana-mana dicampur sehingga hasilnya tidak efisien," tutupnya.

Berdasarkan data PT Pertamina, kilang minyak Cilacap terdiri dari 3 kilang, yakni kilang minyak I, kilang minyak II dan kilang paraxylene.

Untuk kilang minyak I dibangun sejak 1974 dan diresmikan Presiden pada 24 Agustus 1976. Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal.

Mengolah minyak dari Timur tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi pelumas dan aspal.

Sementara untuk kilang minyak II dibangun pada 1981, digunakan untuk memproduksi BBM (bahan bakar minyak), pada 1998/1999, kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230.000 barel/hari. Kilang ini mengolah minyak "cocktail" yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.

Sedangkan untuk kilang paracylene di kilang minyak Cilacap dibangun pada 1988 dan beroperasi pada Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.

(rrd/hen)

Hide Ads