Menurut Juniman, Kepala Ekonom BII, subsidi BBM layaknya obat jangka pendek bagi perekonomian. "Subsidi membuat harga BBM jadi murah. Masyarakat bisa membeli BBM dengan harga murah, sehingga ekonomi pun bergerak," katanya kala berbincang dengan detikFinance, Kamis (3/7/2014).
Namun, lanjut Juniman, obat tersebut memiliki efek samping di masa mendatang. "Apalagi kalau sampai overdosis. Ekonomi kita akan sakit," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga BBM yang murah membuat masyarakat cenderung boros, padahal Indonesia merupakan negara importir minyak dan produk-produk turunannya. Impor minyak dan BBM yang tinggi menyebabkan neraca perdagangan dan transaksi berjalan defisit. Akibatnya, nilai tukar rupiah pun melemah.
"Apalagi subsidi banyak dinikmati oleh orang yang mampu, mereka yang bisa membeli kendaraan bermotor. Sudah saatnya ada perubahan," tegas Juniman.
Menurut Juniman, ada 2 hal yang harus dilakukan pemerintahan mendatang. Pertama adalah mengalihkan subsidi dari kepada barang menjadi kepada orang-orang yang membutuhkan. "Pengalihan subsidi bisa untuk pengembangan di bidang infrastruktur, pendidikan, atau kesehatan," katanya.
Kedua, demikian Juniman, adalah membuat kebijakan yang jelas dan tegas. "Siapa pun presidennya, nomor 1 (Prabowo Subianto) atau nomor 2 (Joko Widodo), harus punya roadmap yang jelas, konsisten, dan fokus. Apakah itu konversi BBM ke gas atau biofuel, tidak masalah. Yang jelas jangan hanya wacana," paparnya.
(hds/hen)











































