Alasan pengusaha tidak mau gencar membangun SPBG adalah karena investasinya lebih mahal ketimbang membuka SPBU. Mungkin bila SPBG menjamur, pengurangan subsidi BBM bisa dilakukan, karena masyarakat punya pilihan bahan bakar selain bensin yang mahal.
"Membangun SPBG investasi mahal, balik modalnya lama," ungkap Site Manager SPBG Petross PT Petross Gas, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Pusat Adin Nurhadi saat ditemui detikFinance di lokasi, Selasa (19/08/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mendirikan SPBG lebih mahal dari SPBU. Semua peralatan SPBG lebih mahal. Contohnya Nozzle di SPBG Rp 25 juta/unit, kalau SPBU nozzle hanya Rp 5 juta/unit. Belum lagi beli mesin (engine) gas harganya Rp 4,5 miliar, belum lagi kompresor, storage tabung, pipa itu sangat mahal," paparnya.
Maka tidak heran, banyak pelaku usaha yang mikir-mikir untuk investasi membangun SPBG. Sedikitnya jumlah SPBG yang ada berpengaruh kepada pelayanan pengisian gas pada kendaraan.
(wij/dnl)