Pihak Pertamina EP menyatakan apresiasi terhadap kunjungan tim Kemenkopolhukam yang mengunjungi salah satu lapangan migas Pertamina EP, yaitu Bunyu Field Asset 5 beberapa waktu lalu.
“Kami sangat mengapresiasi kunjungan tim Kemenko Polhukam, karena kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi merupakan bagian dari objek vital nasional yang memiliki peran penting bagi kehidupan bangsa dan negara khususnya dalam bidang ekonomi. Oleh sebab itu pengamanan dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi menjadi faktor yang cukup penting dan menentukan demi terwujudnya keamanan dalam kegiatan operasional dan produksi mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga selesai kegiatan dan minyak dan gas tersebut dapat diproduksikan” ujar Agustinus Pjs Public Relation Manager Pertamina EP dalam keterangannya, Rabu (3/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau Bunyu dijadikan sasaran kunjungan, karena lokasinya yang sangat berdekatan dengan perbatasan, oleh karena itu potensi ancaman yang bisa terjadi pada Pertamina EP sangat besar.
Pertamina EP sebagai salah satu KKKS nasional memiliki wilayah kerja terbagi dalam 5 area asset, yakni Area Asset 1 (Rantau, Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, dan Ramba), Area Asset 2 (Prabumulih, Pendopo, Limau, Adera), Area Asset 3 (Tambun, Subang, Jatibarang), Area Asset 4 (Cepu), Area Asset 5 (Sangatta, Sangasanga, Tarakan, Tanjung, Bunyu, Papua).
Dengan luasan Wilayah Kerja Pertambangan hampir sekitar 113.000 km2 dengan target produksi rata-rata 124.000 barel per hari, dapat menjadikan Pertamina EP mendapatkan gangguan terhadap kondisi keamanan dan Objek Vital Nasional, dan terganggunya Pertamina EP dapat mengakibatkan terganggunya stabilitas energi nasional Indonesia.
Beberapa kejadian yang menonjol yang dirasakan oleh Pertamina EP terkait gangguan keamanan dan Obvitnas beberapa tahun belakangan ini adalah maraknya illegal tapping (pencurian minyak mentah dengan melubangi pipa) di wilayah Sumatera Selatan di jalur Minyak Tempino-Plaju yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi Pertamina EP.
Namun demikian sejak dilakukan upaya pengamanan yang komprehensif dengan melibatkan banyak pihak aparat keamanan, tingkat illegal tapping di jalur Tempino-Plaju saat ini relative turun drastis, meskipun masih terjadi kegiatan pencurian minyak mentah di beberapa titik.
Dewasa ini, situasi umum keamanan di beberapa wilayah kerja Pertamina EP seperti Rantau-Sumatera Utara relatif kondusif, namun tetap rawan dengan adanya praktik illegal driling dan pencurian minyak mentah dengan beberapa modus baru pencurian.
Sementara itu di wilayah lain adanya aksi penyetopan/penghadangan baik yang dilakukan oleh kelompok LSM maupun aksi premanisme terhadap alat-alat maupun pekerja rig yang akan melakukan pekerjaan pengeboran pada lokasi Pertamina EP, turut menjadi satu tantangan terhadap keamanan operasi perusahaan.
“Kami membutuhkan jaminan keamanan dan jaminan hukum, karena ketika aset kami dijarah dan diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, penanganannya tidaklah mudah. Maka dari itu kami bekerjasama dengan aparat keamanan yang memang berhak untuk melakukan penanganan terhadap aksi kriminal yang merugikan negara tersebut” jelas Agustinus.
(dnl/hds)











































