Menurut Direktur Konstruksi dan Energi Terbarukan PLN, Nasri Sebayang, biaya membangun PLTA tidak jauh berbeda dengan pembangkit lain, tapi biaya perawatannya jauh lebih murah.
Nasri memperkirakan, biaya untuk membangun PLTA skala kecil membutuhkan biaya sekitar US$ 2 juta (Rp 24 miliar) per megawatt (MW). Sedangkan untuk skala besar sekitar US$ 800.000-1,5 juta per MW.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, biaya perawatan untuk pembangkit berbahan bakar fosil (gas/batu bara), biayanya sekitar Rp 1.200-1.300 per KWH. Biayanya paling mahal di pembangkit bertenaga BBM.
"Apa lagi kalau dia pembangkit yang pakai BBM. Itu per KWH bisa sampai Rp 3000. Itu membuat subsidi (listrik) besar. Kalau di luar Jawa Bali, seperti Papua, Kalimantan dan di mana-mana itu bisa sampai Rp 3.500-4.000 per KWH. Jadi mahal," ujarnya.
Ada Potensi Listrik 75 Gigawatt Di Bendungan
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU) Basuki Hadimuljono mengatakan, ada potensi listrik hingga sebesar 75 GW dari aliran air di Indonesia. Sayangnya pemanfaatan masih minim.
"PLTA baru 5,25% dari total 75 GW, sekarang baru 4000-an watt," kata Basuki.
Menurut kajian yang dilakukan PLN, dengan pengoptimalan bendungan jadi PLTA itu maka bakal ada tambahan 12,8 GW listrik untuk kebutuhan masyarakat Indonesia.
"Itu menurut studi terakhir di 2011 yang tersebar di 89 lokasi di seluruh Indonesia. Dari mulai Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua dan NTT," ujar Basuki.
"Nantinya 12,8 GW itu bisa lebih besar lagi karena kita juga sedang upaya pembangunan 49 bendungan baru yang akan dilengkapi dengan PLTA juga," tambahnya.
Seperti apa rencana Jokowi untuk menyulap bendungan di Indonesia yang jumlahnya ratusan ini? Klik tautan yang satu ini.
(dna/ang)