Sepanjang 2014 lalu, Petrobras mengalami kerugian US$ 7,2 miliar atau sebesar Rp 93,6 triliun. Dua bulan lalu, CEO dan 5 eksekutif perusahaan ini mengundurkan diri dari skandal yang terjadi.
Jaksa penuntut umum telah menuduh para eksekutif Petrobras secara ilegal menggunakan miliaran dolar dari rekening perusahaan untuk kepentingan pribadi, atau untuk menyuap pejabat negara.
Lebih dari 80 orang terlibat dan ditangkap karena kasus penyuapan dan pencucian uang terkait Petrobras.
Puluhan pejabat senior dan politisi juga diinvestigasi. Presiden Brasil Dilma Rousseff merupakan mantan Chairwoman dari Petrobas selama bertahun-tahun, saat kasus korupsi yang tengah diselidiki berlangsung.
Namun Rousseff membantah mengetahui korupsi tersebut. Popularitas Rousseff terjun ke rekor terendahnya, karena skandal Petrobras dan buruknya kinerja ekonomi Brasil.
Korupsi Petrobras ini memang menggurita, ada puluhan perusahaan konstruksi dan transportasi yang diduga terlibat skandal Petrobas. Karena itu lebih dari 750 proyek diinvestigasi.
"Reaksi dari situasi ini akan mempengaruhi rantai suplai dan membuat kontraksi di sektor industri, ini akan memberatkan prospek aktivitas ekonomi Brasil tahun ini," kata Ekonom dari Oxford Economics, Aryam Vazquez, dilansir dari CNN, Sabtu (25/4/2015).
Petrobas juga sedang menghadapi tuntutan class action dari pemegang sahamnya, yang mencurigai bahwa perusahaan selama ini memberikan keterangan palsu kepada investor.
Perusahaan ini juga sedang terhantam oleh anjloknya harga minyak, yang menekan turun nilai asetnya. Petrobras memiliki utang senilai US$ 116 miliar, atau sekitar Rp 1.508 triliun.
(Wahyu Daniel/Rista Rama Dhany)