Boy Thohir yang merupakan Presiden Direktur PAU mengatakan pembangunan pabrik amonia dilahan seluas 192 hektar dikawasan yang tidak jauh dari lokasi kilang Donggi Senoro LNG. Pabrik yang di-groundbreaking hari ini sebesar US$ 830 juta.
Garibaldi menjelaskan pabrik yang dibangun PAU ini akan memproduksi amonia, senyawa kimia yang digunakan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, asam dan produk petrokimia lainnya. Pabrik ini bakal memiliki kapasitas produksi amonia sebesar 700 ribu ton per tahun. Pasokan bahan baku pabrik ini berasal dari gas bumi di blok Senoro-Toili sebesar 55 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pembangunan proyek tersebut, PAU menggandeng PT Rekayasa Industri, salah satu BUMN konstruksi sebagai kontraktor utama. Pabrik PAU akan menggunakan teknologi amonia paling terbaru di dunia, yaitu KBR Reforming Exchanger System (KRES) dan Purifier dari Kellogg Brown & Root (Houston, Amerika Serikat) yang menggunakan energi dengan sangat efisien. Teknologi ini merupakan aplikasi yang pertama di Asia dan akan menempatkan Indonesia di baris terdepan dalam produksi amonia di dunia.
“Kami sangat bangga, karena produksi amonia dari pabrik di Kabupaten Banggai ini merupakan inisiatif lokal dan dikerjakan oleh kontraktor nasional,” kata Garibaldi.
Proyek produksi amonia PAU diyakini akan menciptakan multiplier effect yang sangat positif bagi perekonomian Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia bagian timur, terutama dalam aspek pemberdayaan masyarakat dan pertumbuhan bisnis sekaligus juga menciptakan lapangan kerja di Banggai, Sulawesi Tengah.
“PAU memiliki komitmen tinggi untuk memberdayakan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di wilayah Indonesia Timur. Kami yakin dan berharap proyek ini akan berjalan dengan lancar sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal baik kepada masyarakat sekitar maupun kepada bangsa dan negara,” jelas Direktur Eksekutif PAU Vinod Laroya.
Sebelumnya di tahun 2014, PAU telah mendapatkan pendanaan pinjaman sindikasi sebesar US$ 509 juta yang dipimpin oleh International Finance Corporation (IFC), sebuah organisasi terpercaya kepanjangan tangan dari Bank Dunia, beserta dengan 7 bank internasional.
“Investasi IFC di PAU merupakan yang terbesar di Asia dalam dekade terakhir dan menjadi kepercayaan kuat bagi PAU dan potensi investasi di Indonesia. Selain itu, dalam masa konstruksi PAU, konten lokal yang digunakan sangat tinggi 61% dari Biaya Proyek dan 87% dari Beban Usaha yang akan dibelanjakan di Indonesia,” kata Vinod.
Pertama, Join Operating Body (JOB) Pertamina Medco Tomori Sulawesi Tengah (PTMS) yang mengelola satu Central Procesing Plant (CPP) dengan. Kapasitas produksi total 310 MMSCFD.
Kedua, kilang LNG (Liquified Natural Gas) Donggi Senoro dengan kapasitas 2,1 MTPA yang akan menerima pasokan dari JOB PMTS 250 mmscfd dan dari Matindok pengembangan proyek 85 MMCFD. Dari kilang ini akan berlangsung pengapalan perdana ke terminal regasifikasi Arun.
Ketiga, adalah pabrik ammonia yang dikelola oleh PT Panca Amara Utama (PAU). Kapasitasnya mencapai 0,7 MTPA. Peletakan batu pertama atau groundbreaking akan langsung dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Keempat, adalah lapangan GG berkapasitas produksi 31 MMCFD dan 150 barrel kondensat per hari dikelola oleh Pertamina Hulu Energi Offshore North Swest Java (PHE-ONWJ).
(mkl/hen)