'Ribut' Soal Kilang LNG Inpex, Sudirman Said Cari Konsultan Kelas Dunia

'Ribut' Soal Kilang LNG Inpex, Sudirman Said Cari Konsultan Kelas Dunia

Rista Rama Dhany - detikFinance
Rabu, 07 Okt 2015 10:40 WIB
Foto: ilustrasi Reuters
Jakarta -

Belum lama ini Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli 'mengepret' proyek kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Inpex Corporation di Blok Masela, di Laut Arafura, Maluku. Ia meminta kilang tersebut tidak dibangun di laut melainkan di darat khususnya di Pulau Aru.

Namun, Satuan Kerja Khusus (SKK Migas) lebih merekomendasikan agar kilang LNG yang dibangun Inpex untuk mengolah gas dari Blok Masela, dibangun di laut. Karena lebih ekonomis alias murah.

Tak ingin 'ribut-ribut' ini terus berlanjut, Menteri ESDM Sudirman Said mengambil langkah untuk mencari konsultan independen, yang menentukan proyek tersebut lebih baik di bangun di darat atau di laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"SKK Migas dan Dirjen Migas mendapat tugas langsung dari Menteri ESDM untuk mencari konsultan independen yang memiliki reputasi world class," kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, dalam pesan singkatnya kepada detikFinance, Rabu (7/10/2015).

Amien mengatakan, penunjukan konsultan independen ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam terhadap semua opsi terkait pembangunan kilang LNG di Blok Masela.

"Tujuannya guna me-review lebih dalam semua opsi yang ada, terkait dengan Floating LNG (offshore atau di laut) atau OLNG (onshore atau di darat) bagi proyek Masela. Konsultan world class tersebut selanjutkan diminta memberikan rekomendasi profesional soal kelanjutan Masela," tutup Amien.

Seperti diketahui, menurut Menko Rizal, pembangunan FLNG membutuhkan US$ 19,3 miliar sedangkan kilang onshore hanya US$ 14-16 miliar. Namun menurut SKK Migas, data yang dimiliki Rizal salah alias terbalik. Menurut SKK Migas, yang benar, Floating LNG (FLNG) tersebut biaya pembangunannya hanya US$ 14,8 miliar, sementara kilang onshore justru US$ 19,3 miliar.

(rrd/ang)

Hide Ads