Perhitungan Biaya Pembangunan Kilang LNG Masela Belum Akurat

Perhitungan Biaya Pembangunan Kilang LNG Masela Belum Akurat

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 07 Mar 2016 19:15 WIB
Foto: Michael Agustinus
Jakarta - Saat ini model pembangunan kilang LNG di Blok Abadi, Masela sedang hangat diperdebatkan. Ada pihak yang ngotot kilang dibangun di darat (onshore) saja karena lebih murah dan lebih bermanfaat untuk masyarakat. Ada juga yang menyatakan, akan lebih ekonomis bila kilang dibangun terapung (Floating LNG/FLNG) atau offshore di lepas pantai.

Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan, saat ini belum ada angka perhitungan yang benar-benar akurat, untuk biaya pembangunan kilang LNG Masela, baik di darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore).

Angka perkiraan yang diumumkan SKK Migas sendiri, yaitu US$ 14,8 miliar untuk kilang offshore dan US$ 19,3 miliar bila onshore adalah angka perkiraan 'kelas 4', yang perubahannya bisa sampai 50%. Belum bisa dibuat perhitungan yang akurat karena tahapan pembangunan masih baru rancangan awal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angka US$ 14,8 miliar dan US$ 19,3 miliar itu angka EDM kelas 4. Dalam engineering, kan kita bikin rancangan dulu baru dibuat agak detil. Itu diawali dengan angka kelas 4, artinya diskrepansinya (ketidaksesuaiannya) bisa 50%," kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, usai rapat di Gedung DPD, Jakarta, Senin (7/3/2016).

Lagipula, angka-angka tersebut merupakan perhitungan dari tahun 2013. Tentu akan menjadi lebih besar lagi jika dihitung sekarang. "Angka itu adalah angka 2013, hitungan tahun 2016 pasti berubah lagi. Cost itu makin mundur makin naik, semakin ditunda akan semakin naik," tukas dia.

Perhitungan biaya yang lebih akurat baru bisa dibuat, jika Plan of Development (PoD) baru yang diajukan oleh kontraktor Blok Masela, Inpex, disetujui pemerintah, lalu dibuat Front End Engineering Design (FEED). Tetapi perkiraan yang dibuat selanjutnya pun belum benar-benar tepat, masih perkiraan 'kelas 2' yang bisa menyimpang 20-30%.

"Habis itu ditenderkan. Peserta tender menghitung, baru ketemu hasil tender, tertulis angka di situ, itulah EDM kelas 1, diskrepansinya 10%. Kalau kontrak sudah dibuat, ya sudah segitu," dia menerangkan.

Jika kontrak untuk pembangunan kilang LNG sudah diteken, biaya tidak akan membengkak karena sudah tertera jelas dalam kontrak. Amien juga yakin, bila fasilitas LNG harus dibangun offshore, maka FLNG Masela tidak akan mengalami pembengkakan biaya seperti proyek FLNG Prelude di Australia. Sebab, Inpex dan Shell sudah belajar banyak dari pembangunan FLNG lain di seluruh dunia, termasuk di Australia.

"Kayaknya (biaya pembangunan FLNG Prelude membengkak) karena kapal besar pertama. Kita akan jadi kapal besar yang ke-5, kapal FLNG ke-7. Kita banyak belajar dari situ (Prelude)," pungkasnya. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads