Perusahaan dari Cayman Islands Bangun Pabrik Alumina Terbesar di RI

Perusahaan dari Cayman Islands Bangun Pabrik Alumina Terbesar di RI

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 01 Apr 2016 15:37 WIB
Foto: Dok.BKPM
Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengawal realisasi investasi pabrik alumina terbesar di Indonesia yang dilakukan oleh PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW). PT WHW akan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (refinery) bauksit menjadi smelter-grade alumina dengan kapasitas mencapai 1 juta ton.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyampaikan bahwa pihaknya akan terus memonitor, mengawal, dan memfasilitasi proyek-proyek investasi di bidang hilirisasi produk mineral.

"Pabrik PT WHW  ini memiliki arti yang strategis di antaranya dengan mendukung penyerapan tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan nilai ekspor, menghemat devisa, dan juga yang tidak kalah penting adalah mempercepat pembangunan daerah-daerah di luar Jawa," ujarnya dalam konferensi pers usai melakukan peninjauan Pabrik Alumina PT WHW di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat (1/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyek investasi PT WHW memiliki rencana investasi sebesar Rp 12,5 triliun dan sampai tahun 2015 telah terealisir sebesar Rp 7,9 triliun. Selain itu. menyerap tenaga kerja lokal di Kabupaten Ketapang yang mencapai 1.486 tenaga kerja atau setara dengan 61% dari total tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar 2.435 tenaga kerja.

"Arti strategis lainnya dari karena merupakan pabrik alumina terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun untuk tahap I dan 90% akan diekspor dengan perkiraan nilai ekspor sebesar US$ 765 juta. Adapun sisa produksi sebesar 10% akan dipasok kepada PT Inalum," jelasnya.

PT WHW merupakan perusahaan PMA patungan dari Cayman Islands, Indonesia, Hong Kong, dan China yang mulai membangun pabrik pada tahun 2012 melalui dua tahapan. Untuk tahap I realisasinya sudah mencapai sekitar 95% dan diharapkan dalam waktu dekat akan berproduksi komersil, sedangkan untuk tahap II diharapkan selesai pada tahun 2018.

Dorong Pertumbuhan

Menurut Franky, pembangunan pabrik refinery bauksit ini merupakan wujud nyata pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara yang mengamanatkan kepada perusahaan untuk melakukan hilirisasi tambang.

"Ini mendorong perusahaan untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang di Indonesia yang akan berdampak dan berkontribusi besar dalam memperkuat struktur industri aluminium nasional, yang masih mengalami kekosongan di sektor hulu," paparnya.

Franky menyampaikan apresiasi dan dukungan kepada PT WHW yang hampir menyelesaikan pembangunan pabrik tahap I sehingga diharapkan pembangunan pabrik sampai dengan tahap II dapat selesai sesuai target yang telah ditetapkan.

"Hal yang sangat membanggakan atas proyek ini antara lain dilengkapi pelabuhan atau dermaga dan pembangkit listrik dengan kapasitas 160 MW untuk keperluan sendiri," ungkapnya.

Kepala BKPM memandang pembangunan industri penghasil smelter-grade alumina ini akan dapat memberikan dampak multiplier effect yang luas bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Ketapang dan secara umum bagi Provinsi Kalimantan Barat dan nasional melalui devisa yang dihasilkan dan juga dari penghematan devisa.  

"Pembangunan pabrik smelter-grade alumina ini diperkirakan mampu menghemat devisa sebesar US$ 85 juta per tahun melalui substitusi impor bahan baku," imbuhnya.

Sementara Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Azhar Lubis menambahkan bahwa pada tahun 2015, realisasi investasi PT WHW telah berkontribusi sebesar Rp 5,4 triliun atau sebesar 23,7% konstribusinya terhadap realisasi investasi di Kalimantan Barat.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi di Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp 22,8 triliun terdiri dari PMA sebesar Rp 16,7 triliun dan PMDN sebesar Rp 6,1 triliun. Realisasi tersebut meningkat 47,1% dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 15,5 trilliun. Sedangkan realisasi investasi secara nasional pada tahun 2015 mencapai Rp 545,4 triliun, meningkat 17,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 463,1 triliun. Realisasi investasi PMDN 15,0% sebesar Rp 179,5 triliun, sementara realisasi investasi PMA naik 19,2% sebesar Rp 365,9 triliun. (hns/hns)

Hide Ads