Produksi migas di Indonesia terus menurun, sementara kebutuhan meningkat. Cadangan terbukti (proven reserve) minyak Indonesia tinggal 3,6 miliar barel. Dengan kebutuhan mencapai 300 juta barel per tahun, maka minyak Indonesia akan habis dalam waktu 12 tahun lagi bila tidak ada penemuan cadangan baru.
Sebagai salah satu langkah menjaga ketahanan energi nasional, Pertamina sebagai satu-satunya BUMN perminyakan harus mengakuisisi cadangan-cadangan migas di luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SVP Upstream Business Development Pertamina, Denie Tampubolon, menambahkan M&P akhirnya diakuisisi Pertamina karena memiliki cadangan migas yang cukup besar, mencapai 205 juta barel.
Aset-aset M&P tersebar di berbagai negara, ada di Afrika, Asia Tenggara, Amerika Utara, juga Eropa. Produksi migas M&P saat ini 30.000 barel oil equivalent per day (boepd).
"Aset utama produksi M&P adalah Gabon, Tanzania, dan Nigeria. Ada juga yang masih eksplorasi di Myanmar, nanti berpartner dengan Petro Vietnam. Di Prancis dan Italia juga ada (blok eksplorasi)," Denie mengungkapkan.
Minyak dari blok-blok milik M&P yang sudah berproduksi di Nigeria dan Gabon spesifikasinya cocok untuk diolah di kilang-kilang Pertamina. Untuk tahap awal ini, Pertamina bakal mendapatkan tambahan pasokan minyak mentah sebanyak 6.000 barel per hari (bph) dari aset milik M&P.
Nantinya setelah Pertamina menguasai mayoritas saham M&P, ditargetkan seluruh produksi migas sebesar 30.000 barel oil equivalent per day (boepd) bisa dipasok untuk kebutuhan Indonesia.
"Nigeria minyaknya bisa dipakai di kilang kita. Kami lihat juga dari Gabon, bisa dilihat di kilang kami, cocok untuk kilang kami. Dengan kami mengendalikan saham M&P, kami optimasi pasokan untuk ke dalam negeri. Sekarang kami bisa dapat 6.000 bph kalau kami kuasai 24,3% saham. Targetnya seluruh produksi perusahaan ini, 30.000 boepd, semua bisa dibawa ke Indonesia, bisa dipakai semua di dalam negeri," tutupnya. (wdl/wdl)