Pengakuan Sopir Bajaj: Pakai Gas Lebih Irit Daripada Bensin

Pengakuan Sopir Bajaj: Pakai Gas Lebih Irit Daripada Bensin

Yulida Medistiara - detikFinance
Minggu, 14 Agu 2016 12:01 WIB
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Bahan bakar gas telah dari dulu dikampanyekan sebagai bahan bakar yang efisien dan ramah lingkungan. Salah satu transportasi umum yang telah menggunakan bahan bakar gas adalah bajaj, seorang sopir bajaj bernama Muhamad Zarkoni (40) mengaku, lebih irit menggunakan bahan bakar gas daripada bensin.

Harga gas per liter dijual Rp 3.100, sedangkan bensin premium sekitar Rp 6.500. Hal itu lah yang membuat Zarkoni lebih memilih bahan bakar gas.

"Sehari paling sekitar Rp 20.000-Rp 25.000 lah untuk bensin tangkinya kecil, kalau gas Rp 25.000 juga penuh," ujar Zarkoni, usai pelepasan 100 bajaj gratis program 'Ayo Kita Ngegas Merdeka' di IRTI Monas, Jl Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu (14/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku jika menggunakan bahan bakar gas, Rp 20.000 itu bisa dia gunakan untuk mengitari Jakarta dalam sehari dan berbeda bila menggunakan bensin Rp 20.000 bisa habis dalam waktu 2 jam.

"Kalau saya pakai bahan bakar gas nggak sampai Rp 20.000 untuk dipakai seharian, tapi kalau pakai premium hanya 2 jam dipakai sudah habis. Jauh hematnya," imbuh Zarkoni.


Di dalam bajaj Zarkoni terdapat dua tangki tempat menampung bahan bakar yang terdiri dari satu tangki menampung bensin dan satu tangki penyimpanan gas. Namun, ia lebih sering menggunakan gas daripada bensin karena harganya lebih irit.

"Selama ini pakai gas terus kalau tidak hujan. Kalau misal hujan biasanya agak mandek takut mogok. Gasnya nanti beku kalau ada hujan. Nah di situ saya ganti pakai bensin dulu, nanti kalau tidak hujan baru pakai gas lagi," kata Zarkoni.

Pria yang telah berprofesi sebagai sopir bajaj sejak tahun 1984 ini sering berada di sekitar Matraman, Stasiun Tanah Abang, dan Pasar Kopro Jakarta Barat. Sehari ia biasa mendapat setoran Rp 130.000.

Baru Ada 25 Stasiun Pengisian Gas di Indonesia

Dirut utama PT Gagas Energi, anak perusahaan PGN Ahmad Cahyadi mengatakan, hingga saat ini baru ada sekitar 25 stasiun pengisian bahan bakar gas. Sebanyak 25 stasiun tersebut tersebar di kota-kota besar, tetapi memang berfokus di Jakarta.

"Total ada sekitar 15 stasiun yang dikelola PGN sendiri, ada 7 yang bagian bermitra dengan badan usaha swasta, ada 5 lainnya. Hampir bisa dibilang sudah lebih dari 25 stasiun pengisian gas di kota-kota besar dan di kota-kota yang memang tersedia infrastruktur gas buminya," kata Cahyadi.

Ia tidak menargetkan berapa jumlah stasiun pengisian gas yang akan disediakan. Hal itu karena menurut Cahyadi tergantung kesiapan infrastruktur transportasi umum yang menggunakan bahan bakar gas.

"Target ideal tergantung dari animo masyarakat. Jadi dalam pengembangan bajaj gas ini yang pertama harus dilihat itu kesiapan infrastruktur gasnya. Yang kedua sasaran daripada kota tersebut. Sebagai contoh kenapa Jakarta begitu agresif karena Jakarta ini bahan bakar gas bumi ini di dorong untuk kendaraan gas buminya, Transjakarta itu sudah menggunakan gas dari tahun 2000-2001," ujar Cahyadi.

Sementara itu, harga gas per liter di jual Rp 3.100. Sedangkan harga keekonomiannya seharusnya dikenakan Rp 4.500 per liter.

"Di DKI dijual Rp 3.100 per liter, sampai saat ini harga keekonomian Rp 4.500 per liter, tapi ini lebih ke arah kontribusi PGN sebagai BUMN tidak harus mengedepankan profit atau keuntungan, untuk serta melayani langsung kepada masyarakat di sektor gas," ujar Cahyadi. (drk/drk)

Hide Ads