Pemerintah sebelumnya mengusulkan target lifting sebesar 760.000-800.000 bph. Tapi DPR meminta target lifting dinaikkan, karena produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang dioperasikan oleh ExxonMobil masih bisa ditingkatkan dari 165.000 bph menjadi 200.000 bph.
Tambahan produksi dari Banyu Urip sebesar 35.000 bph inilah yang menjadi dasar perhitungan, lifting minyak tahun depan bisa sampai 815.000 bph. Maka produksi dari Banyu Urip harus ditingkatkan menjadi 200.000 bph tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada bahaya kerusakan alat-alat kalau produksi dipaksakan sampai 200.000 bph. Pihak asuransi tak mau menanggung biaya perbaikan yang timbul akibat produksi yang dipaksakan terlalu tinggi. Maka kalau terjadi kerusakan, negara yang harus menanggung seluruh biayanya.
"Kalau di atas kapasitas maksimum, waranty tidak berlaku. Kita harus hati-hati," kata Wirat, dalam diskusi di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
Memang risiko ini masih menjadi perdebatan. Wirat hanya mengingatkan saja, negara bisa dirugikan apabila tidak hati-hati dalam hal ini. "Struktur reservoir ada perbedaan sedikit antara SKK Migas dan Exxon," ucapnya.
Bila produksi minyak dari Blok Cepu tak jadi digenjot, sambung Wirat, masih ada alternatif peningkatan produksi dari ladang-ladang minyak lainnya. Pihaknya akan berupaya agar target lifting 815.000 bph yang diminta DPR dapat dicapai.
"Ada tambahan (produksi minyak) kecil-kecil dari ladang lain (selain Banyu Urip). Walau kecil-kecil bisa digabung. Nanti kita siapkan dulu datanya," pungkasnya. (wdl/wdl)