Produksi Listrik Pembangkit Panas Bumi Baturraden Dimulai 2022

Produksi Listrik Pembangkit Panas Bumi Baturraden Dimulai 2022

Arbi Anugrah - detikFinance
Rabu, 14 Sep 2016 18:10 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Banyumas - Rencana eksploitasi panas bumi di kawasan Gunung Slamet untuk proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, oleh PT Sejahtera Alam Energy (SAE) mundur dari target yang direncanakan.

Mundurnya waktu pelaksanaan proyek PLTP Baturraden terjadi karena banyaknya perizinan yang harus diselesaikan sehingga membuat pembangunan PLTP Baturraden tersendat dari rencana awal produksi listrik pada tahun 2018 menjadi tahun 2022.

"Ini seharusnya sudah bisa menghasilkan listrik pada tahun 2018. Hanya saja, perizinan geothermal sangat banyak," kata Project Committee PT SAE Paulus Suparmo usai melakukan sosialisasi Panas Bumi di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, Rabu (14/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, pengeboran sumur panas bumi baru akan dimulai pada pertengahan tahun 2018 dan saat ini sedang dilakukan pembangunan infrastruktur dari wilayah Kabupaten Brebes menuju Cilongok, Kabupaten Banyumas yang mencakup jalan, well-pad, disposal dan fasilitas lain.

"Pembangunan ini diperkirakan satu tahun hingga September 2017. Setelah selesai infrastruktur, pengeboran dilakukan pada pertengahan 2018," ucapnya.

Pengeboran sumur di wilayah Cilongok sendiri bergeser dari rencana semula di Brebes dimana pihaknya memang akan memanfaatkan produksi panas bumi dari dapur magma tua Gunung Slamet. Hal tersebut didasarkan hasil studi yang dilakukan pihaknya, dimana dapur magma tua tersebut berada di kawasan Cilongok, Banyumas serta Sirampog Bumiayu Brebes.

"Kita mau ngebor mulai dari Cilongok, Banyumas. Dulu rencana dari Brebes, tetapi dari data tambahan 2015, kita nggak jadi dari Brebes," ujarnya.

Dia menjelaskan, untuk melakukan eksploitasi panas bumi di kawasan Gunung Slamet, rencananya akan dibangun tiga sumur, dimana setiap pengeboran satu sumur dengan kedalaman 5.000 meter di bawah permukaan laut membutuhkan waktu hingga tiga bulan.

Sehingga pengeboran tersebut tidak akan mempengaruhi ketersediaan air permukaan karena berada di atas dapur magma.

"Setelah itu, baru kita bikin feasibility studies dan nanti ketahuan, kita mau bikin berapa mega (watt) dan setelah itu baru kita bisa ngomong posisi sumur dan turbin ada dimana," jelasnya.

Nantinya, lanjut dia, setelah selesai eksplorasi tidak serta merta pihaknya bisa langsung melakukan eksploitasi karena harus melalui beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Sehingga pihaknya baru bisa memperkirakan produksi listrik dapat dilaksanakan pada tahun 2022.

"Dari perhitungan itu, kita bisa katakan produksi listrik bisa dilaksanakan pada 2022," jelasnya.

Sementara untuk pembiayaan pembangunan PLTP Baturraden, pihaknya menggandeng STEAG Energy Services GmbH dari Jerman dengan komposisi 75-25 karena nilai investasinya sangat besar.

Menurut dia, berdasarkan asumsi, setiap 1 megawatt membutuhkan investasi senilai US$ 4,5 juta-US$ 5 juta

Sedangkan potensi eksploitasi produksi panas bumi yang ditargetkan untuk PLTP Baturraden mencapai 220 Megawatt. Jumlah tersebut, berdasarkan hasil survei pemetaan yang pernah dilakukan. Padahal untuk pembangunan PLTP Baturraden pada tahap I ditargetkan dapat memproduksi listrik mencapai 110 Megawatt. Dengan demikian, dana yang dibutuhkan mencapai US$ 550 juta

"Untuk eksplorasi hingga 2018 ada tiga sumur. Untuk satu sumur pada masa eksplorasi dibutuhkan dana US$ 10 Juta-US$ 11 juta, belum infrastruktur yang mencapai US$ 60 juta," ucapnya.

Sementara untuk teknologi yang akan digunakan dalam produksi listrik, pihaknya kemungkinan besar akan menggunakan teknologi dari Jepang.

"Biasanya Jepang tidak mau masuk di awal saat eksplorasi, dia maunya pada saat mau eksploitasi sehingga akan bawakan turbin, tentunya dengan pinjaman yang lebih lunak," ucapnya.

Sementara menurut Kepala Bidang Geologi Sumber Daya Mineral Dinas ESDM Kabupaten Banyumas, Sigit Widadi mengatakan PT SAE sebelumnya melakukan eksplorasi di Kabupaten Brebes. Tapi karena potensi panas bumi ada di selatan Gunung Slamet, maka eksplorasi dialihkan ke Banyumas.

"Nantinya akan dilakukan pembangunan infrastruktur menuju lokasi melalui Desa Sambirata, Karangtengah, dan Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas," jelasnya. (arb/hns)

Hide Ads