Hanya setahun setelah Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) dan Karpowership meneken jual beli listrik, setrum sudah bisa disalurkan. Cara ini jauh lebih cepat ketimbang membangun pembangkit listrik di darat yang butuh waktu konstruksi bertahun-tahun. Yang jelas, kata Orhan Remzi Karadeniz, CEO Karpowership, harga jual listrik mereka juga lebih murah ketimbang pembangkit lain.
"Harga jual listrik kami lebih murah dari semua kontrak pembelian PLN dari pembangkit berbahan bakar minyak diesel," kata Orhan kepada wartawan-wartawan Indonesia di Istanbul, Turki, Jumat lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kunci utamanya ada pada pilihan bahan bakar. Kapal-kapal genset Karpowership menggunakan bahan bakar heavy fuel oil (HFO), dan bisa pula memakai gas. Pasokan HFO, menurut Zeynep Harezi, Direktur Pengembangan Bisnis Karpowership, sangat berlimpah dan harganya jauh lebih murah dari minyak diesel. Harga HFO sekitar US$ 270 per ton, kurang dari separuh harga minyak diesel, sekitar US$ 600 per ton.
Generator buatan perusahaan Finlandia, Wartsila, yang ditanam di kapal-kapal Karpowership, juga tak rakus bahan bakar. Generator di kapal Karpowership hanya menyedot 209 gram HFO dibanding rata-rata generator minyak Diesel yang butuh bahan bakar 250 gram untuk menghasilkan setrum 1 kwh.
"Alhasil, total ongkos generator HFO hanya US $ 5,6 sen dibanding US$ 15 sen pada pembangkit listrik berbahan bakar minyak diesel," kata Zeynep.
Cara lain untuk menekan ongkos, kata Orhan, dengan membuat kapal-kapal pembangkit listrik berkapasitas besar. Sesuai hukum ekonomi, makin besar skala produksi, makin kecil pula ongkos per unit listriknya. Kapal Karpowership Zeynep Sultan yang sudah beroperasi di Sulawesi Utara sejak awal tahun lalu punya kapasitas maksimum 125 megawatt.
Kapal Karpowership Orhan Ali Khan yang akan berangkat dari Istanbul ke Belawan, Medan, pada Januari 2017 berkapasitas 470 megawatt. Orhan Ali akan menjadi kapal pembangkit listrik terbesar di dunia. (sap/ang)