Luhut: AS Puji Tax Amnesty RI Tersukses di Dunia

Luhut: AS Puji Tax Amnesty RI Tersukses di Dunia

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 04 Okt 2016 15:36 WIB
Foto: Maikel Jefriando
Jakarta - Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, baru saja melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) pekan lalu. Di Negeri Paman Sam itu, Luhut mendapati program pengampunan pajak atau tax amnesty yang dijalankan di Indonesia dinilai sukses, AS pun memujinya.

"Saya ingin menggambarkan sedikit mengenai keadaan Republik. Saya ingin mengatakan mereka mengapresiasi kemajuan ekonomi Indonesia. Kita bertumbuh dengan bagus, kita punya stabilitas politik, stabilitas keamanan yang baik. Kita juga talenta manusia yang hebat-hebat. Mereka (AS) mengapresiasi sukses besar tax amnesty yang dilakukan pemerintah Indonesia," kata Luhut, dalam Upacara Hari Pertambangan dan Energi di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (4/10/2016).

Luhut menambahkan, tax amnesty di Indonesia adalah yang paling sukses di seluruh dunia. Hingga Maret 2016, dana dari tax amnesty bisa mencapai Rp 150 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ditanya di Stanford, kenapa Indonesia bisa tersukses tax amnesty di seluruh dunia. Sampai per hari kemarin, kita sudah dekat Rp 100 triliun, kita tidak pernah bayangkan. Saya ikut merancang prediksi Rp 60 triliun. Kemudian sekarang sampai Maret angka bisa mendekati Rp 150 triliun. Apa yang terjadi? Dana yang mengalir ke tanah air luar biasa. Tahun depan saya prediksi jumlah dana yang mengalir sangat banyak," paparnya.

Dirinya berharap dana hasil tax amnesty ini bisa diinvestasikan juga ke sektor pertambangan dan energi. Kementerian ESDM harus memberi kemudahan-kemudahan agar dana tax amnesty mengalir juga ke sektor pertambangan dan energi.

Kalau tax amnesty sukses, dananya bisa ditanam di berbagai sektor termasuk energi, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6% pada 2017.

"Oleh karena itu kita harus memberikan kesempatan investor untuk menanamkan investasi di tambang energi. Jangan ada yang mempersulit pengambil keputusan di bidang sektor pertambangan energi. Kalau ini dilakukan, pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak tertutup kemungkinan di atas 6%. Ini karena fund yang berkumpul tidak terbayangkan sampai ini," tutupnya. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads