Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Rachmad Hardadi, mengatakan NGRR Bontang yang berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) merupakan proyek dengan skema public private partnership, dengan Pertamina selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJBK).
Menurut dia, pemilihan Bontang sebagai lokasi NGRR dimaksudkan untuk dapat melakukan akselerasi pembangunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rachmad menjelaskan, selain ketersediaan lahan yang sangat krusial, beberapa fasilitas dan infrastruktur pendukung operasi kilang LNG, seperti 21 unit boiler kualitas tinggi, pembangkit listrik, tangki penyimpanan, dan fasilitas umum lainnya dapat digunakan untuk mendukung pengoperasian kilang NGRR Bontang nantinya.
"Dari sisi lahan yang saat ini sangat krusial dalam pelaksanaan proyek, kami tidak perlu lagi melakukan pengadaan dan itu dapat menghemat waktu. Beberapa fasilitas berkelas dunia yang sekarang digunakan untuk Kilang LNG Bontang juga dapat dukung proyek kilang BBM. Jadi, kesimpulannya kami tidak perlu harus mulai dari nol. Dengan dilaksanakan di Bontang, Pertamina dapat memulai proyek dari titik 5 dari skala 10," katanya Rachmad dalam keterangannya, Senin (24/10/2016).
Dengan dukungan kuat berbagai pihak, termasuk DPR, pemerintah pusat dan daerah, dia mengatakan Pertamina sangat berkomitmen untuk melakukan percepatan pembangunan proyek kilang. Saat ini, katanya, Pertamina menunggu penetapan IFC (International Finance Corporation) sebagai konsultan yang akan ditunjuk pemerintah dalam pemilihan mitra. (wdl/ang)