"Rata-rata kenaikan produksi Pertamina per tahun 12%. Tapi dari triwulan III 2015 ke triwulan III sekarang naik 16,6% dari 276,77 ribu bph jadi 322,84 ribu bph. Gas juga naik dari 1,73 ke 2 BSCFD," kata VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Wianda Pusponegoro, dalam diskusi di Penang Bistro, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Pencapaian produksi migas sebesar 322.840 bph dan 2 BSCFD ini sudah di atas target tahun ini. Minyak ditargetkan 308.000 bph di 2016, sedangkan gas 1,9 BSCFD. "Target full year 308 ribu bph," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru-baru ini, Kementerian ESDM memerintahkan kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) untuk memangkas cost recovery.
Dalam APBN-P 2016, cost recovery dianggarkan sebesar US$ 11,6 miliar. SKK Migas diminta memangkasnya menjadi US$ 10,4 miliar karena banyak biaya yang bisa diefisienkan. Harus ada penghematan sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun. Untuk 2017, cost recovery juga tidak boleh melebihi angka US$ 10,4 miliar.
Wianda menjelaskan, Pertamina sejak 2013 lalu telah melakukan efisiensi-efisiensi, biaya produksi telah berhasil diturunkan 11% dalam 3 tahun. Maka pemangkasan cost recovery tidak menyulitkan Pertamina. Kini Pertamina memfokuskan investasi ke lapangan-lapangan yang cepat menghasilkan migas.
"Kita dari operation cost sudah pengetatan besar-besaran karena harga minyak turun. Dari 2013 sampai sekarang kita bisa turun 11 persen di hulu. Kita fokus ke lapangan-lapangan yang bisa menghasilkan lebih cepat," paparnya.
Agar produksi migas tetap terjaga di tengah situasi ini, Pertamina juga memaksimalkan infrastruktur-infrastruktur yang dimilikinya untuk dimanfaatkan oleh beberapa anak usaha sekaligus.
"Misalnya PHE WMO jangan kerja sendiri, tapi kolabirasi sama Pertamina EP yang sudah eksisting, pemakaian fasilitas bersama," tuturnya.
Selain itu, penggunaan produk-produk dalam negeri semakin ditingkatkan. Untuk anjungan-anjungan baru di Blok West Madura Offshore (WMO) misalnya, Pertamina memakai komponen-komponen 'Made in Indonesia'. Hasilnya, biaya investasi untuk anjungan bisa lebih murah 40%.
"Dari TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) misalnya WMO sampai 60%, penghematannya luar biasa hampir 40% biaya investasi. Inovasi dari Pertamina ini terobosan," tukasnya.
Dengan langkah-langkah ini, Pertamina yakin produksi minyak pada 2017 bisa naik lagi hingga 438 bph dan produksi gas 2,2 BSCFD. "2017 produksi minyak kita 438 ribu bph, gas 2.278 MMSCFD," pungkasnya. (dna/dna)











































