RDMP Balikpapan misalnya, akan dikebut supaya bisa selesai pada Juni 2021, lebih cepat 22 bulan dari yang ditargetkan. Proyek RDMP diperkirakan membutuhkan modal US$ 4,6 miliar, dikerjakan dalam 2 tahap. Tahap pertama selesai tahun 2019 dan tahap kedua pada 2021.
"RDMP Balikpapan ditarget bisa 22 bulan lebih cepat, 2021 sudah tuntas. EPC (Engineering Procurement Construction) 1 sudah selesai 2019, tahap 2 sampai 2021," kata VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, dalam diskusi di Penang Bistro, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kilang Balikpapan yang kapasitas produksinya saat ini 260.000 barel per hari (bph) akan meningkat menjadi 360.000 bph setelah modifikasi. Produk-produk BBM dari kilang Balikpapan yang sekarang masih Euro 2 akan ditingkatkan hingga Euro 5.
Proyek ini dikerjakan sendiri oleh Pertamina tanpa mitra, berbeda misalnya dengan GRR Tuban yang dikerjakan dengan Rosneft atau RDMP Cilacap yang digarap bersama Saudi Aramco. "Engineering, design, semua dilakukan tim dari Pertamina. Kita sudah rencanakan produksi dengan karakteristik mencapai Euro 5. Kami confident 2021 sanggup menghasilkan Euro 5," tegasnya.
Lahan Proyek Kilang Bontang Disiapkan
Pertamina juga ingin mempercepat proyek GRR Bontang dengan mulai mempersiapkan lahan. Lahan yang akan digunakan adalah lahan kosong seluas 607 hektar (ha) di dekat fasilitas Badak NGL.
Pembangunan kilang Bontang juga akan memanfaatkan fasilitas-fasilitas di Badak NGL seperti boiler, pembangkit listrik, steam, treatment air laut, nitrogen, tangki penyimpanan, perumahan, dan lain-lain.
"Banyak existing facility di Bontang NGL yang bisa dipakai. 75-80 persen keterlambatan proyek adalah karena lahan. Kita sudah punya 607 ha lahan di area kilang LNG," ucap Wianda.
Tetapi untuk saat ini Pertamina belum bisa bergerak ekstra cepat untuk GRR Bontang karena proyek ini menggunakan skema Public Private Partnership (PPP) alias Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pemerintah harus menunjuk dulu konsultan pendamping yang akan menyeleksi partner untuk Pertamina dalam proyek ini.
Berbeda dengan GRR Tuban yang memakai skema penugasan, Pertamina bisa bergerak cepat memilih sendiri partner-nya. Saat ini pemerintah masih mempertimbangkan apakah proyek GRR Bontang akan dijadikan penugasan untuk Pertamina saja supaya lebih cepat. Targetnya, tahun 2023 kilang Bontang sudah jadi.
"Pemerintah belum memutuskan, statusnya masih PPP, kita belum dapat penugasan. Dengan status PPP, konsultan pendamping harus ditetapkan pemerintah," tutupnya. (dna/dna)