Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di Jepang

Laporan dari Yokohama

Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di Jepang

Wahyu Daniel - detikFinance
Senin, 14 Nov 2016 07:04 WIB
Foto: Wahyu Daniel
Yokohama - Siang itu, Jumat (11/11/2016) yang merupakan tanggal cantik, Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi (Boy) Thohir mengajak sejumlah pimpinan redaksi media menengok salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Yokohama, Jepang.

"Anda akan lihat PLTU ini bersih seperti rumah sakit. Tidak kotor seperti yang dibayangkan," kata Boy dalam perjalanan saat itu.

PLTU yang akan disambangi ini bernama PLTU Isogo yang lokasinya di Yokohama, kota dengan populasi 3,7 juta orang di Tokyo Metropolitan Area.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di JepangFoto: Wahyu Daniel


Benar saja, masuk ke area PLTU di Teluk Tokyo ini jauh dari kesan kotor. Saat awak media masuk ke kantor PLTU milik perusahaan bernama J-Power ini, terlihat lantai yang kinclong dan bersih.

PLTU ini berdiri di atas lahan seluas 12 hektar, cukup kecil memang. Karena itu arsitektur desainnya dibuat vertikal, menggunakan lahan yang ada.

Executive Managing Director J-Power, Yoshiki Onoi, mengatakan PLTU ini terdiri dari dua unit yang masing-masing kapasitasnya adalah 600 megawatt (MW).

"Ini adalah satu-satunya pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di area Teluk Tokyo," kata Onoi.

Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di JepangFoto: Wahyu Daniel


Seperti PLTU lainnya, PLTU ini dibangun di pinggir laut, untuk memudahkan pengiriman batu bara dengan kapal.

Sementara Executive Managing Director J-Power, Shinichi Kawatani, mengatakan PLTU ini dibangun dengan dana 240 miliar yen.

detikFinance memperoleh kesempatan berkeliling ke PLTU ini. Menurut keterangan pihak J-Power, PLTU ini menggunakan teknologi terbaru yang paling ramah lingkungan dan rendah emisinya.

Pemerintah wilayah Yokohama memang meminta PLTU ini dibangun dengan syarat emisi yang rendah, mengikuti Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang ada di sekitarnya. Bahkan desain PLTU Isogo ini juga mengikuti kemauan dan syarat dari pemerintah setempat.

PLTU ini menggunakan teknologi untuk menekan emisi dari sulfur dan nitrogen, sehingga debu yang dihasilkan sedikit dan ramah lingkungan.

Debu emisi tidak dibuang menjadi polusi begitu saja, namun dikumpulkan untuk menjadi bahan baku semen. Demikian juga dengan asam pembuangan yang dikumpulkan dan dijual lagi.

Gedung PLTU tidak terlihat seperti pembangkit listrik, sangat bersih dan rapi. Gedung ini terdiri dari 17 lantai. Di lantai 3, terlihat turbin yang menggerakkan PLTU ini. Kemudian di lantai lain lagi bisa dilihat ruang monitoring PLTU yang terdiri dari beberapa orang.

Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di JepangFoto: Wahyu Daniel


Pekerja monitoring PLTU ini melakukan pekerjaan salam 3 shift. Masing-masing dari mereka bekerja 8 jam dalam satu kali giliran.

Ruang monitor ini memantau panas pembakaran batu bara, hingga besaran emisi yang terjadi. Budaya kerja Jepang yang terkenal disiplin dan tekun terlihat dalam bangunan PLTU dan cara mereka mengelolanya.

Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di JepangFoto: Wahyu Daniel


Di lantai 17 atau paling atas, bisa terlihat tak adanya asap yang keluar dari cerobong. Tidak seperti PLTU yang biasanya mengebul cerobongnya.

Sayang cuaca saat itu sedang mendung. Jika cerah, biasanya Gunung Fuji terlihat jelas meski jaraknya jauh. Ini menandakan rendahnya polusi udara dari PLTU tersebut.

J-Power merupakan salah satu mitra bisnis Adaro Energy dalam membangun PLTU 2 x 1.000 MW di Batang, Jawa Tengah. PLTU senilai US$ 4,2 miliar ini merupakan yang terbesar di ASEAN.

Onoi mengatakan, PLTU Batang akan menggunakan teknologi yang sama dengan PLTU Isogo yang bersih dan ramah lingkungan. Bahkan ada sekitar 10 insinyur Jepang yang dikerahkan J-Power untuk menggarap PLTU Batang.

Yoshiki Onoi dan Garibaldi ThohirFoto: Wahyu Daniel
Yoshiki Onoi dan Garibaldi Thohir


Pihak J-Power juga mengatakan komitmennya untuk melakukan transfer teknologi lewat pembangunan PLTU ini.

PLTU Batang unit satu ditargetkan bisa beroperasi pada Juni 2020 dan unit dua pada Desember 2020.

Onoi mengatakan, listrik dari PLTU memang yang termurah saat ini, dibandingkan listrik dari bahan bakar lainnya.

Petinggi J-Power lainnya, yaitu Takashi Jahana, menyatakan Indonesia adalah negara yang beruntung karena memiliki banyak sumber daya alam untuk listrik, seperti batu bara dan gas.

Sementara Jepang saat ini mengimpor seluruh batu bara dan gasnya untuk keperluan listrik. Kapasitas pembangkit terpasang di Jepang saat ini adalah 220.000 MW.

Menengok PLTU Sebersih Rumah Sakit di JepangFoto: Wahyu Daniel


J-Power merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis pembangkit listrik. Perusahaan ini memiliki pembangkit dengan kapasitas total 18.129 MW di Jepang. Pembangkit listrik yang dikembangkan adalah yang berbahan bakar batu bara, air, dan angin. Selain itu, J-Power juga memiliki pembangkit listrik di Amerika Serikat, China, Filipina, dan Thailand.

Perusahaan ini memiliki aset 2,54 triliun yen per 31 Maret 2016 dengan pendapatan usaha 780 miliar yen di periode tersebut. (wdl/ang)

Hide Ads