Ini karena masih minimnya pembangkit listrik permanen, karena masih didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang kapasitasnya kecil, serta tidak bisa dibebani beban yang tinggi dalam waktu lama.
General Manajer PLN Wilayah NTT, Richard Safkaur mengatakan, rencana pemekaran daerah yang terlalu cepat menjadi tantangan tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku, hampir setiap minggunya ia menerima surat permohonan dari tokoh masyarakat, baik itu kepala daerah setempat, pihak keamanan, hingga warga yang menginginkan adanya pasokan listrik ke daerah terkait. Namun demikian, belum adanya infrastruktur dasar kerap membuat PLN sulit menerangi daerah tersebut.
"Hampir setiap minggu saya terima surat dari tokoh masyarakat, mereka minta listrik supaya ada di sana. Karena mereka sudah berjanji dengan masyarakat setempat. Perubahan politik pemekaran wilayah terlalu cepat, sedangkan infrastruktur dasar, kadang kita agak terlambat," tutur dia.
Namun demikian, ia berujar, seluruh kabupaten yang ada di NTT telah dialiri listrik PLN, walau masih belum semuanya dapat menikmati secara penuh 24 jam.
"Alhamdulillah seluruh kabupaten kami di sini sudah terlistriki, walaupun belum semua 24 jam," ungkapnya.
Untuk dketahui, rasio elektrifikasi di wilayah NTT saat ini baru mencapai 52,69%. Wilayah yang paling tinggi rasio elektrifikasinya adalah Kota Kupang, dengan rasio elektrifikasi mencapai 98,89%. Sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Sabu Raijua, dengan rasio elektrifikasi hanya 20,37%.
PLN wilayah NTT tengah bergegas membangun sejumlah infrastruktur kelistrikan hingga 2019 mendatang. Di sistem Pulau Timor akan mendapatkan tambahan pasokan daya dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bolok di Kupang yang berkapasitas 2 x 15 megawatt (MW), dan kapal pembangkit listrik dari Turki berkapasitas 60 MW.
Selain itu, ada juga pembangunan PLTMG berkapasitas 40 MW dan 20 MW yang direncanakan bisa selesai 2017 dan 2018 mendatang, serta PLTU Atapupu-Atambua berkapasitas 4 x 6 MW yang rencananya selesai di tahun 2018.
Sedangkan untuk pulau Flores, ada beberapa PLTMG yang dijadwalkan selesai 2017 mendatang. Di antaranya PLTMG Maumere berkapasitas 40 MW dan PLTMG Flores-1 berkapasitas 20 MW.
"Jadi kami sedang bangun transmisi, terhubung antara Ropa ke Timur Maumere sampai ke Flores Barat. Kami di wilayah, usahakan transmisi sampai akhir tahun bisa sampai di Labuan Bajo. Gardu induk sudah siap. Kalau gardu induk sudah siap, kami bisa evakuasi sekitar 6 sampai 7 MW," ujar Richard. (wdl/drk)