FPU ditargetkan selesai pada Maret 2016 dan segera berlayar ke Lapangan Jangkrik. Lalu mulai beroperasi pada Juli 2017 bersamaan dengan jadwal produksi gas.
"Akhir Maret selesai, kemudian akan mulai berlayar ke sana, gasnya bisa onstream akhir Juli 2017," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi, saat ditemui di Pulau Karimun, Kepulauan Riau, Kamis (8/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produksinya sekitar 450 MMSCFD, cukup besar. Yang utama adalah Pertamina, kemudian Eni Midstream. Pertamina itu sebagai pembeli gas, rencananya untuk kelistrikan. 60% dari produksi 450 MMSCFD ke Pertamina, untuk domestik," ujar Amien.
Biaya investasi yang telah dikeluarkan Eni untuk proyek Muara Bakau mencapai US$ 4 miliar atau Rp 52 triliun. Sekitar US$ 3 miliar alias Rp 39 triliun di antaranya untuk pembuatan FPU. "Keseluruhan proyek Muara Bakau US$ 4 miliar, untuk FPU-nya US$ 3 miliar," tutupnya.
Sebagai informasi, Blok Muara Bakau terletak di lepas pantai (offshore) Kutei Basin, 70 kilometer (km) dari garis pantai Kalimantan Timur. Cadangan gas di Lapangan Jangkrik ditemukan pertama kali pada 2009.
Saat ini 55% hak partisipasi Blok Muara Bakau (Participating Interest/PI) dimiliki oleh Eni Muara Bakau BV. Sisanya 33% dipegang oleh ENGIE dan 11,7% milik PT Saka Energi Muara Bakau. (hns/hns)