Penyebabnya, data cost recovery 2015-2016 yang dibagikan oleh SKK Migas kepada para anggota DPR terlalu kecil hurufnya hingga sulit terbaca. Anggota DPR merasa kesal dan meminta data dicetak ulang dengan huruf yang ukurannya lebih besar.
"Nggak masuk akal ini, ini disengaja. Staf saya yang lulusan SMA saja bisa lebih baik dari ini. Kalau saya jadi pimpinan, saya pecat anak buah yang mempersiapkan ini," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR, Mulyadi, saat memimpin rapat kerja di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulyadi menilai, cost recovery yang diklaim oleh para KKKS kepada negara selama ini kurang transparan. "Fungsi kita pengawasan, ingat. Kalau saudara main-main, berhadapan dengan kita. "Kita mau bongkar ini prakteknya seperti apa," tegasnya setengah membentak.
SKK Migas diminta mempersiapkan data dengan baik, setelah itu barulah rapat kerja dilanjutkan. "Kita skors, saya nggak bisa bacanya ini, persiapkan dulu," tutupnya.
Rapat kerja ini dimulai pukul 16.10 WIB ini dipimpin Mulyadi, hadir 10 anggota Komisi VII DPR dari 6 fraksi. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar dan Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah hadir mewakili pimpinan dari masing-masing institusinya. (dna/dna)











































