Pengurangan anggaran subsidi dilakukan karena ternyata selama ini banyak yang salah sasaran. Sebagian besar dana subsidi justru jatuh ke orang-orang yang sudah mampu secara ekonomi.
Mulai 1 Januari 2017, pemerintah menerapkan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran. Subsidi harus benar-benar dinikmati oleh orang-orang miskin. Maka subsidi listrik untuk 18,7 juta pelanggan rumah tangga (R-1) 900 VA dicabut. Hanya 4,1 juta dari 22,8 juta pelanggan 900 VA saja yang masuk kategori tidak mampu dan layak disubsidi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasio elektrifikasi Indonesia pada akhir tahun 2015 baru mencapai 88,3%. Artinya 11,7% wilayah Indonesia belum terlistriki. Dibanding negara-negara tetangga, Indonesia masih tertinggal.
"Di ASEAN, rasio elektrifikasi negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam, rasio elektrifikasinya sudah melampaui 98%," kata Made kepada detikFinance, Sabtu (7/1/2017).
Ia menambahkan, ada puluhan juta rakyat Indonesia yang sampai sekarang belum mendapat listrik. "Rasio elektrifikasi 88,3% tersebut menunjukkan bahwa sekitar 29 juta jiwa penduduk Indonesia belum menikmati listrik," paparnya.
Saat ini juga masih ada sekitar 12.000 desa di seluruh Indonesia yang belum terlistriki dengan baik, 2.500 desa diantaranya tak berlistrik sama sekali alias masih gelap gulita di malam hari. Warga di desa-desa tak berlistrik tentu lebih layak disubsidi ketimbang orang-orang mampu di perkotaan.
"Olek karena itu, pemerintah mencanangkan program 35.000 MW dan Program Indonesia Terang, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur, dalam bentuk pembangunan infrastruktur penyediaan tenaga listrik. Untuk pembangunan tersebut dibutuhkan anggaran yang sangat besar," Made menerangkan.
Maka demi asas keadilan dan untuk menjalankan amanat Undang Undang, pemerintah perlu memastikan bahwa penerima manfaat subsidi listrik hanya masyarakat miskin dan tidak mampu. "Penghematan subsidi listrik akan digunakan untuk membangun sarana penyediaan tenaga listrik dalam rangka mengakselerasi rasio elektrifikasi," pungkasnya.
(mca/hns)