Kenaikan ini didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat, konversi minyak tanah ke LPG di Indonesia Timur, dan konversi BBM ke LPG untuk nelayan. Di sisi lain, produksi LPG di dalam negeri terus menurun.
"Kita impor 5 juta ton LPG di 2017. Kenaikannya karena konsumsi, terus produksi dalam negeri turun. (Produksi LPG) Dari Bontang turun, satu lapangan lagi juga turun," kata SVP Integrated Supply Chain (ISC) PT Pertamina (Persero), Daniel Purba, dalam Forum LPG Indonesia di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (17/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling banyak dari Timur Tengah, ada dari Iran, dari Arab Saudi," tuturnya.
Untuk mengamankan kebutuhan LPG di dalam negeri, ISC Pertamina menandatangani kontrak pembelian jangka panjang untuk 90% impor LPG dari Timur Tengah.
"Pengadaan 90% kita kontrak jangka panjang, 10% kita beli bulanan. Yang kita beli 90% dari Timteng," tuturnya.
Daniel berharap ke depan pihaknya bisa mendiversifikasi sumber pasokan LPG dengan dibukanya Terusan Panama, sehingga bisa diperoleh LPG yang murah.
"Di 2017 dengan mulai beroperasinya Kanal Panama, akan makin banyak LPG dari Amerika ke Asia Pasifik termasuk Indonesia. Kita harapkan harganya lebih menarik, bisa kompetisi dengan sumber-sumber pasokan di Asia Pasifik," pungkasnya. (mca/ang)