Rio Tinto Jual Tambang Batu Bara di Australia ke China Rp 32 T

Rio Tinto Jual Tambang Batu Bara di Australia ke China Rp 32 T

Wahyu Daniel - detikFinance
Rabu, 25 Jan 2017 11:33 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Sydney - Perusahaan tambang Rio Tinto menjual hampir semua aset tambang batu baranya di Australia ke perusahaan China, yaitu Yancoal. Harga penjualannya adalah US$ 2,45 miliar, atau sekitar Rp 32 triliun.

Aksi penjualan ini dilakukan untuk menggenjot pendapatan Rio Tinto.

Rio Tinto menjual aset tambang batu baranya yang dikelola Coal & Allied. Perusahaan ini mengoperasikan sejumlah tambang di wilayah New South Wales. Perusahaan ini dijual ke Yancoal Australia dengan 2 harga. Seharga US$ 2,35 miliar bila dibayar langsung di depan, atau US$ 2,45 miliar bila dengan skema pembayaran lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Skema pembayaran kedua itu maksudnya adalah, pembayaran pertama adalah US$ 1,95 miliar di depan, dan sisanya US$ 500 juta dicicil dalam 5 tahun. Yancoal Australia adalah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Yanzhou Coal asal China.

Yanzhou merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di China dari sisi kapitalisasi pasar. Dan saat ini perusahaan tersebut sudah mengoperasikan sejumlah tambang di Australia.

"Penjualan ini akan menambahkan nilai yang tinggi untuk pemegang saham kami, dan konsisten dengan strategi kami mempertajam portofolio yang efektif," kata CEO Rio Tinto, Jean-Sebastien Jacques, dilansir dari AFP, Rabu (25/1/2017).

Rio Tinto ingin memberikan nilai yang terbaik bagi pemegang saham, dengan memegang aset-aset berkelas dunia, neraca keuangan yang kuat, dan fokus pada uang tunai.

Kabar penjualan ini membuat saham Rio Tinto naik 2,3% ke AU$ 66,25 pada perdagangan di Rabu pagi ini. Saham Yancoal juga naik 4,17% ke AU$ 0,5.

Perjanjian jual-beli ini sudah mendapatkan persetujuan dari regulator di Australia, China, dan pemerintah New South Wales. Kesepakatan akan diselesaikan pada semester II-2017.

Rio Tinto menyatakan akan melakukan divestasi aset senilai lebih dari US$ 7,7 miliar sejak 2013 lalu. Perusahaan tambang terbesar kedua dunia ini ingin melakukan efisiensi dan memperketat investasi, di tengah ketidakpastian dan banjirnya pasokan tambang di pasar komoditas.

Pada semester I-2016 lalu, laba bersih Rio Tinto turun 47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 1,56 miliar. (wdl/ang)

Hide Ads