Di antaranya traktor untuk mengolah lahan, mesin pembibitan, mesin pemanen padi, mesin pengering gabah, mesin giling, hingga gudang dan sarana transportasi untuk mengirim beras ke Bulog.
Mesin pengering gabah di SP3T Korem 082, lanjut Gathut, mempunyai kapasitas 10 ton. Alat ini diklaim mampu mengeringkan gabah dalam waktu 8 jam. Adanya pelbagai peralatan modern itu diharapkan mampu menyerap gabah petani di Kabupaten Jombang secara maksimal dengan harga memadai, yakni Rp 4 ribu per kilogram (kg).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"SP3T didesain untuk membina 400 hektare lahan petani. Apabila menggunakan cara tradisional, pendapatan petani Rp 19 juta. Kalau memakai mesin, petani mendapatkan Rp 27 juta. Maka petani mendapatkan penghasilan tambahan Rp 8 juta per hektar. Apabila 400 hektar, dalam sekali panen petani akan mendapatkan penghasilan tambahan Rp 3,2 miliar," kata Gathut.
Tak hanya menguntungkan petani, jelas Gathut, keuntungan yang diraup SP3T juga cukup menjanjikan. Dia menjabarkan, setiap 10 ton gabah petani yang diolah dengan mesin pengering dan penggiling gabah di SP3T, akan menghasilkan 5,3 ton beras kualitas medium serta 800 kg dedak.
"Kami beli gabah petani Rp 4 ribu per kg, kami membayar Rp 40 juta. Dengan hasil beras 5,3 ton, kami terima Rp 45,5 juta dari Bulog. Jual dedak 800 Kg seharga Rp 2.250 per kg, kami mendapatkan Rp 1,9 juta. Jadi, pendapatan kami per 10 ton gabah Rp 7,5 juta. Dalam setahun, pendapatan kami Rp 1,8 miliar. Setelah dikurangi biaya operasional untuk listrik dan tenaga kerja Rp 344 juta, maka pendapatan bersih kami Rp 1,4 miliar," terangnya.
Sementara KSAD Jendral TNI Muyono menuturkan, fasilitas SP3T dibangun untuk mengatasi persoalan yang dikeluhkan para petani. Salah satunya anjloknya harga gabah petani saat musim panen yang bersamaan dengan musim penghujan. Petani yang takut gabahnya membusuk, terpaksa menjual kepada tengkulak dengan harga murah. Itu terjadi karena proses pengeringan padi para petani masih mengandalkan matahari.
"Kami membuat uji coba SP3T, ini fasilitas pertanian dari hulu sampai hilir, dari mengolah tanah sampai menjual beras. Ternyata banyak yang bisa diefisiensikan. Ke depan kami kembangkan di seluruh wilayah. Saya targetkan setiap Kodim punya lahan 400 hektar," ujarnya.
Kendati diproyeksikan akan meraup keuntungan Rp 1,4 miliar tiap tahunnya, Mulyono menampik saat disinggung fasilitas SP3T sebagai unit bisnis TNI AD.
"Bukan unit bisnis TNI, tujuan utama kami membantu kesusahan masyarakat yang selama ini tak punya gilingan, pengering saat hujan, kami tidak nekan harga petani, malah menaikkan. Sudah menjadi kewajiban TNI membantu masyarakat," tandasnya. (hns/hns)