Chairman Indonesia Gas Society yang juga Plt Direktur Utama Pertamina, Yenni Andayani, mengatakan meningkatnya kebutuhan energi domestik ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi kelas menengah dan meningkatnya gross domestic product (GDP). Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi energi secara global.
Sekitar 15% kebutuhan energi tersebut dipasok dengan gas, sedangkan sisanya dipasok dengan minyak bumi, batubara dan lainnya. Indonesia merupakan negara yang diberkahi dengan sumber gas yang cukup berlimpah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peran gas alam untuk ekonomi Indonesia ke depan akan cukup menonjol yang utamanya dipicu oleh pertumbuhan permintaan gas dari pembangkit listrik PT PLN (Persero) untuk kapasitas total sekitar 14.000 MW yang merupakan bagian program 35.000 MW dan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) pada empat kilang dan dua New Grass Root Refinery (NGRR) milik Pertamina. Selain itu, pertumbuhan juga akan didukung oleh penambahan kapasitas pabrik pupuk dan sektor transportasi.
"Proyek-proyek tersebut menjadikan permintaan gas meningkat dan tantangan selanjutnya adalah upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut dari hulu ke hilir. Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber gas baru serta membangun infrastruktur gas yang akan mengirimkannya ke konsumen akhir," kata Yenni dalam pembukaan International Indonesia Gas Conference & Exhibition 2017, Selasa (7/2/2017).
Berdasarkan kalkulasinya, untuk membangun infrastruktur gas secara menyeluruh Indonesia memerlukan investasi baru sekitar US$ 70-80 miliar hingga 2030. Selain mendukung upaya pemenuhan gas domestik, investasi baru tersebut juga berarti menciptakan ribuan lapangan kerja, memicu pertumbuhan industri, dan juga memacu pertumbuhan GDP Indonesia.
"Investasi infrastruktur gas merupakan investasi jangka panjang untuk 30-an tahun dan untuk menjadi tujuan investasi, Indonesia berkompetisi dengan negara lain. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik di seluruh stakeholder, insentif, harga yang kompetitif, dan memastikan iklim investasi dalam negeri yang baik," terangnya.
Pertamina, lanjut Yenni, sebagai pionir bisnis gas dan LNG dalam skala global telah melakukan upaya pengembangan infrastruktur gas di seluruh mata rantai bisnis gas. Pertamina secara terus menerus melakukan pengembangan gas hulu, menyiapkan rencana revitalisasi Blok Mahakam, membangun FSRU (Floating Storage Regasification Unit), mengembangkan pipa gas, dan telah mengamankan pasokan LNG dari dalam dan luar negeri. Pertamina siap menjadi agen untuk memacu pertumbuhan infrastruktur dan konsumsi gas di Indonesia.
Penandatanganan Kontrak Jual Beli Gas
Pada kesempatan yang sama, hari ini Pertamina menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) untuk pasokan Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas (SPBG) dan Jaringan Gas Rumah Tangga penugasan pemerintah kepada Pertamina di Balikpapan. Pasokan gas bersumber dari lapangan-lapangan pemasok, yaitu Chevron Indonesia Company dengan volume sebesar 1,5 MMSCFD yang berlaku hingga 2018.
Penandatanganan dilakukan oleh VP Natural Gas Pertamina, Wiko Migantoro.dan VP Commercial Chevron Indonesia John White dan disaksikan oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar.
Dari pasokan tersebut, 1 MMSCFD diperuntukkan bagi SPBG Mother Station Rapak Balikpapan dan 0,5 MMSCFD diperuntukkan bagi jaringan gas rumah tangga di Balikpapan. Ada sekitar 3.849 sambungan rumah tangga yang akan mendapatkan pasokan gas dari jaringan yang dioperasikan oleh PT Pertagas Niaga. (mca/mkj)