Rencananya, periode 2017-2018 ini, desa-desa tersebut sudah terjangkau kebutuhan listriknya. Lantas, bagaimana cara pemerintah meningkatkan pasokan listrik di 2.500 desa itu?
"Ada setidaknya 2.500 desa, yang listriknya harus diberesi. Kita akan terapkan home solar system di masing-masing rumah. Ukuran panel solar sebesar kertas A3, yang itu bisa menyalakan tiga lampu, charge HP. Kalau televisi dan kebutuhan lain, nanti dibantu mikrohidro atau minihidro," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, dalam Workshop Capacity Building Energi Baru Terbarukan di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (21/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa negara Arab, contohnya Uni Emirat Arab, telah mengembangkan EBT untuk memasok listrik. Di sana harga listrik terjangkau dan kapasitasnya melebihi kebutuhan.
"Semua sudah mengembangkan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya). Mobil listrik akan menjadi tren," kata Jonan.
Selain itu, cita-cita mewujudkan pembangunan energi yang berkeadilan akan menjadi prioritas pemerintah.
"Selain panel solar di rumah-rumah, nanti kebutuhan BBM bagi nelayan akan dikonversi dengan gas. Kalau dihitung akan menyejahterakan nelayan," sebut Jonan.
Jonan menambahkan, subsidi bahan bakar lambat laun akan semakin kecil karena jumlah pasokan tidak bertambah banyak. Karena itu, perlu adanya strategi dalam memenuhi kebutuhan energi.
"Kita punya hampir 800 pulau yang dihuni. Untuk mewujudkan pembangunan energi berkeadilan, nanti contoh Sumatera Selatan menerapkan pembangkit listri di mulut tambang, Riau juga begitu, Kalimantan dan Sulawesi. Jika suatu daerah sumber daya alam tidak punya, bisa memanfaatkan air atau sinar matahari," jelas mantan Menteri Perhubungan itu. (hns/hns)











































