Selain itu, dirinya ternyata juga ditugasi untuk memuluskan rencana pemerintah membentuk Holding BUMN migas yang saat ini menjadi program pemerintah bersamaan dengan program pembentukan Holding BUMN sektor lainnya. Elia memang terbilang berpengalaman dalam mengurusi holding BUMN perkebunan karena sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sejak 2016.
"Iya tentu, itu bagian dari program kementerian kan. Kita harus dukung kalau itu penugasan dari shareholder," tuturnya di Gedung Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (16/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang energi ini perlu terintegrasi, jadi alangkah baiknya secara bisnis. Karena nature-nya sama, kalau terintegrasi fokusnya lebih tajam. Misalnya yang ini pelayanan komuniti domestik yang company gas yang lain lebih ke arah industri. Kita bisa sinergi. Kalau terintegrasi karena satu komando bisa jauh lebih efisien," pungkasnya.
Elia memang punya pengalaman mengelola holding BUMN. Hal itu ditunjukkannya kala memimpin PTPN III yang merupakan holding BUMN sektor perkebunan yang menaungi 13 perusahaan di bawahnya.
Kala itu, PTPN III tengah menghadapi krisis keuangan akibat utang yang menggunung hingga Rp 33,24 triliun pada semester I-2016 hasil konsolidasi dari 13 PTPN di bawah PTPN III.
Utang ini mengancam kinerja perseroan di masa depan karena yang harus diselesaikan perusahaan bukan hanya pokok utangnya tetapi juga berikut bunganya. Catatan saja, holding harus membayar bunga sebesar Rp 12,5 miliar per hari.
Bak jatuh tertimpa tangga, selain harus menanggung utang konsolidasi anak usahanya, PTPN III sebagai holding juga tengah dirundung masalah keuangan lantaran catatan keuangan perusahaan yang berdarah-darah.
Perusahaan mencatat rugi Rp 823,43 miliar pada semester I-2016, membengkak dari tahun 2015 yang sebesar Rp 613,27 miliar.
Dengan berbagai permasalahan tersebut, Elia Massa Manik dihadapkan pada pekerjaan rumah yang sangat berat untuk kembali menyehatkan Holding BUMN perkebunan yang sudah terbentuk Agustus 2014 berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan Elia kala itu adalah melakukan kajian mendalam atas kinerja PTPN III berikut 13 anak usahanya yakni PTPN I sampai PTPN XIV.
Perubahan radikal pun dilakukan Elia dengan menjalankan restrukturisasi yang bertujuannya menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam semua aspek. Restrukturisasi berjalan untuk semua bidang tidak hanya keuangan saja.
Bentuk restrukturisasi yang dilakukan pertama adalah memangkas jumlah direksi di masing-masing PTPN dari semula 4-5 orang menjadi hanya 3 orang maksimal di masing-masing PTPN.
Ini cukup beralasan karena Holding BUMN kebun ini memiliki 139.669 pekerja, yang terdiri dari 132.826 karyawan pelaksana dan 6.843 karyawan pimpinan. Biaya tenaga kerja menyumbang 60% terhadap beban produksi.
Di bidang operasional, PTPN III akan melakukan pembenahan kultur teknis dalam pengelolaan komoditi sesuai Standart Operating Procedure yang telah ditetapkan beserta mekanisme pengawasan yang efektif untuk mencapai productivity improvement. Kemudian, ada program revitalisasi pabrik guna meminimalisasi lossis dan meningkatkan utilisasi pabrik. (dna/mkj)