Gas dari Kapal Jangkrik Bisa Terangi Ribuan Rumah

Gas dari Kapal Jangkrik Bisa Terangi Ribuan Rumah

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 22 Mar 2017 09:35 WIB
Foto: Hendra Kusuma-detikFinance
Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan kapal pengolahan gas terbesar di Indonesia, yakni Kapal Floating Processing Unit (KPU) Jangkrik akan mulai berproduksi pada Juli 2017.

Dalam waktu beberapa hari ke depan, Kapal Pengolahan Gas raksasa ini akan ditarik berlayar ke Selat Makassar, untuk ditempatkan di wilayah kerja migas Jangkrik, Muara Bakau, Kalimantan Timur. Waktu tempuh pelayaran diperkirakan 12 hari.

Produksi gas yang berasal dari lapangan kerja Jangkrik sebesar 450 MMSCFD. Adapun, sebagian besar gas tersebut akan memenuhi kebutuhan dalam negeri, salah satunya untuk kelistrikan nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahukah anda dari 450 MMSCFD mampu melistriki berapa banyak rumah?

Kepala Divisi (Kadiv) Gas dan BBM PT PLN (Persero) Chairani Rachmatullah mengatakan, dari total kapasitas mampu melistriki sekitar 2.500 pelanggan rumah tangga berdaya 900 VA dan sekitar 1.730 pelanggan rumah tangga berdaya 1.300 VA.

"Gas sebanyak 450 MMSCFD apabila dioperasikan sebagai baseloader (pembangkit pemikul beban dasar) cukup untuk membangkitkan power plant sampai kapasitas 2.250 mw," kata dia saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (22/3/2017).

Dia menjelaskan, dari total produksi gas 450 MMSCFD dikalikan 5 maka hasilnya 2.250 MW, dari 2.250 Mw setara dengan 2.250.000 Kw, dari 2.250.000 Kw dibagi dengan 900 maka hasilnya 2.500, dan jika di bagi dengan 1.300 maka hasilnya sekitar 1.730.

"Kapasitas listrik ini akan mampu melayani sampai dengan 2.500 pelanggan dengan daya 900 VA, atau sampai dengan 1.730 pelanggan dengan daya 1.300 VA," tambahnya.

Total pelanggan yang dilistriki itupun dengan catatan total produksi gas pada lapangan kerja Jangkrik jika seluruhnya untuk kelistrikan nasional.

Saat ini, produksi gas yang diolah di kapal pengolahan gas terbesar di Indonesia, sebesar 52% akan dialokasikan kepada PT Pertamina (Persero) yang nantinya akan dijual kepada PT PLN (Persero) untuk kebutuhan listrik nasional.

Sedangkan alokasi sebesar 38% akan dimanfaatkan oleh ENI Midstream, dan sekitar 10p akan didistribusikan ke kawasan industri pupuk yang berada di Kalimantan Timur.

Kapal Pengolahan Gas Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Sebanyak 10 sumur produksi gas bawah laut yang telah dikompresi dan siap untuk diproduksikan, akan dihubungkan dengan FPU yang kemudian akan mengolah dan menyalurkan gas menggunakan pipa bawah laut sepanjang 79 km dan selanjutnya ke darat yaitu ke dalam jaringan produsen gas Kalimantan Timur dan pada akhirnya kepada pemakai dalam negeri di Kalimantan Timur dan kilang LNG Bontang.

Kapal pengolahan gas Jangkrik juga berfungsi sebagai penyulingan dan menstabilkan kondensat serta menyalurkannya ke darat melalui jaringan distribusi setempat dan berakhir di kilang kondensat Senipah.

Setelah diresmikan, pada tanggal 24 Maret 2017, FPU akan ditarik berlayar ke Selat Makassar, untuk ditempatkan di wilayah kerja migas Jangkrik, Muara Bakau, Kalimantan Timur. Waktu tempuh pelayaran diperkirakan 12 hari.

Lebih dari 50% produksi Lapangan Jangkrik akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi nasional dan pembangunan ekonomi.

Blok Muara Bakau dioperatori oleh ENI Muara Bakau B.V sejak 2002 dengan kepemilikan saham sebanyak 55% dan mitranya Engie E&P sebesar 33,3% serta PT Saka Energi Muara Bakau sebesar 11,7%.

Penemuan gas pertama didapatkan pada tahun 2009 pada garis sumur Jangkrik-1. Di blok yang sama, pada sekitar 20 km di sebelah Timur Laut Lapangan Jangkrik, ditemukan lapangan Jangkrik North East pada tahun 2011.

Rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) lapangan Jangkrik disetujui tahun 2011, sedangkan Jangkrik North East tahun 2013. Persetujuan PoD Jangkrik North East mencantumkan integrasi dengan pengembangan lapangan Jangkrik dalam satu proyek tunggal yang dinamakan "Proyek Komplek Jangkrik". (ang/ang)

Hide Ads